Part 32

581 96 16
                                    

Setelah keluar dari ruangan Pak Fero, Bila mengiringi langkahnya dengan melamun. Entahlah, ada banyak hal yang muncul dalam pikirannya saat ini. Tapi Bila mencoba untuk menyingkirkan rasa khawatirnya itu agar tidak mengganggu pikirannya berlebihan.

Saat Bila sedang berjalan menuju kantin, Indira datang menghampirinya menyesuaikan langkahnya dengan Bila.
"Haii Bil... " Sapa Indira.

"Ehh Haii Diraa... Lagi jadwal revisi juga? " Tanya Bila, pasalnya Bila sudah jarang sekali bertemu kebetulan dengan Indira akhir-akhir ini dikampus.

"Iyaa, aku baru mau revisi pertama sih.
Baru selesai nyusunnya. Sendirian Bil? " Tanya Indira yang terdengar ambigu menurut Bila.

"Iyaa.. " Jawab Bila ragu-ragu.
Bukankah memang terlihatnya begitu? Mengapa Indira harus bertanya lagi padanya pikir Bila.

"Ohhh.. Yang nganterinnya udah balik lagi ya? " Tanya Indira sarkas.
Jujur saja, menurut Bila pertanyaan ini sedikit mengganggunya. Mereka tidak sedekat itu, meskipun ini basa-basi yang orang akan bilang masih wajar , tapi dari cara Indira bertanya padanya sepertinya dia menyimpan maksud lain seperti sebelumnya yang pernah terjadi.

"Emm sorry.. Maksudnya? " Tanya Bila yang lalu menghentikan langkahnya sesaat dan menghadap ke arah Indira, menatapnya dengan tatapan yang tegas.

"Aku rasa kamu juga tau maksud aku, kayanya beberapa orang juga udah update berita tentang kamu juga.. " Jawab Indira.

"Ohh yaampun Dira...
Kita bukan mahasiswa semester 1 lagi yang aku rasa masih punya waktu buat ngomongin topik itu... " Jawab Bila jengah.

"Lohh? Ini bukan gosip bukan?
Emang yang keliatannya gitu,
Beberapa kali anaknya Pak Fero jadi lebih sering mampir ke kampus, dan tadi aja aku baru liat begitu di parkiran kamu keluar dari mobilnya.
Selain ngincar mapres berprestasi dulu, sekarang juga ngincar anak dosen Bil? " . Ujar Indira dengan sedikit nada bergurau.

"Sorry, kayanya pembahasan kamu udah terlalu jauh. Aku duluan, permisi.. " Ujar Bila yang kemudian berlalu meninggalkan Indira yang masih menatap sinis ke arahnya.

Bila menggerutu sendiri dalam batinnya, kenapa gadis itu muncul tiba-tiba dan menyapanya seolah-olah akan mengatakan hal-hal baik. Karena pada akhirnya dia akan tetap sama. Bila tidak mengerti mengapa Indira sedari dulu selalu menganggap nya sebagai rival. Mungkin karena dulu, dia juga pernah menyukai pria yang ternyata lebih tertarik pada Bila dibandingkan dirinya.
Tapi itu sudah berlalu bukan? Ayolah, bahkan mereka juga tidak bersahabat dekat sejak dulu, mengapa ada orang yang ingin menyia-nyiakan energinya untuk hal negatif pikir Bila.

Baru saja Bila akan hendak memasuki ruang perpustakaan untuk menenangkan emosinya, namun hal itu tertunda karena telpon dari Nando menghentikannya.

"Ohh yaampun apalagi ini... " Keluh Bila sebelum mengangkat telponnya.

"Hallo Bil???? " Tanya Nando

"Iyaa Hallo?? , jangan telpon dulu..
Ini aku baru aja mau masuk perpus,
Ada apasih lagian? " Tanya Bila ketus.

Nando sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya, meskipun dia terbiasa dengan dinginnya Bila sebelumnya, tapi gadis itu sama sekali tak pernah berbicara seketus ini padanya. Nando menebak-nebak apa yang terjadi dengannya? Apakah dia mengalami masalah di kampus? Ada kesalahan dengan skripsinya? Atau mungkin dia sedang dalam 'women's periode' pikirnya.

"Hallo? " Ujar Bila yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Nando.

"Oh iyaa, engga ini dari tadi saya udah ngirim pesan sama kamu, tapi belum kamu bales.
Jadi ya yaudah saya inisiatif untuk telpon aja. " Jawab Nando hati-hati.

"Hugging The Wound" // 'Memeluk Luka'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang