"Hugging The Wound" // 'Memeluk Luka'

Part 20

Nando dan Bila sudah selesai dengan tugas mereka mencari kelengkapan-kelengkapan untuk caffetaria. Ada beberapa peralatan yang mereka beli disini, mulai dari cangkir-cangkir coffee, beberapa plate, perlengkapan alat makan lainnya juga beberapa aksesoris yang mereka beli hanya karena alasan Bila mengatakan itu lucu dan ingin membelinya. Dan tentu saja Nando tidak menolak hal itu.
Sebelum mengantar Bila pulang Nando sudah menawarinya jika mungkin ingin makan atau mampir ke tempat lain dulu jika dia ingin tapi tentu Bila menolaknya dengan sopan. Alasannya dia sepertinya sudah cukup lelah hari ini , dan ingin segera mengistirahatkan badannya dirumah.
Namun kali ini, Bila tak memiliki alasan lagi untuk mengelak diantar Nando sampai kedepan rumahnya. Hari ini dia sepertinya kehabisan ide untuk membuat Nando percaya hanya untuk mengantarkannya sampai depan perumahan nya saja atau mungkin diantar hanya setengah perjalanan. Bila hanya berharap mungkin Mas Ferdi belum pulang atau tidak menyadari jika Bila pulang dengan seseorang. Nanti dia akan mengatakan kalau dia pulang dengan taksi online saja pikirnya.

"Emmm.. Bil...
Terimakasih yaa sudah membantu saya hari ini. Saya juga minta maaf karena banyak menyita waktu kamu.. " Ujar Nando sambil menyetir di dalam mobil dan menoleh ke sampingnya.

"Iyaa sama-sama" Jawab Bila sopan.

"Maaf jadi ngerepotin.. " Ujar Nando

"Engga kok, udah kewajiban saya juga.
Ini kan bagian dari pekerjaan juga kan? Jadi pasti saya kerjain". Jawab Bila.

Ada senyum tipis yang terpasang di wajah Nando. Sepertinya gadis di sampingnya ini masih cukup teguh dengan hanya 'sebatas pekerjaan' untuk setiap alasan mereka memiliki waktu bersama. Walaupun itu memang benar juga adanya. Tapi kadang Nando mempertanyakan kenapa Bila selalu menegaskan hal itu berulangkali.
Apakah Bila berpikir berteman dengannya akan menjadi seburuk itu? Atau Bila memang sama sekali tidak tertarik untuk berinteraksi dengannya di luar pekerjaan mereka? Nando belum bisa menebaknya sama sekali.

"Ahiya... Karena grand openingnya beberapa hari lagi, soal kelengkapan kan hampir semua udah 70% yaa.. Mas Nando mau test food kapan kira-kira? " Tanya Bila.

Nando terlihat seperti sedang berpikir untuk beberapa saat. Sebenarnya saat mencoba beberapa contoh makanan yang pernah Bila antar saat itu, Nando tidak meragukan produknya sama sekali. Bahkan mungkin dia bisa mengatakan jika test food itu tak perlu dia lakukan. Tapi jika dalam urusan profesional pekerjaan, mau bagaimanapun dia harus tetap menjalankan dan mengikuti prosedur yang ada.

"Emm.. Kapan yaa? Lusa mungkin ya? Gimana? Besok saya ada agenda lain dulu soalnya.. " Jawab Nando.

"Okee, nanti saya bilang ke catering untuk siapin test food nya buat lusa dibawa ke kantor yaa.. " Ujar Bila.

"Hemmm... Kalo saya langsung datang ke catering gitu kira-kira bisa ga Bil? Boleh ga? " Tanya Nando.

Bila sedikit merasa bingung untuk beberapa saat untuk menjawab pertanyaan dari Nando. Sebenarnya tidak ada masalah dengan itu  , dia bisa saja tinggal bertanya izin itu langsung dari Mas Ferdi dan lagipula Bila juga sudah yakin Mas Ferdi pasti mengizinkannya. Tapi bagaimana jika hal yang tidak dia inginkan justru terjadi karena ini, Bila bukan tidak sadar Nando sepertinya terang-terangan bersikap untuk mencoba bisa berinteraksi lebih intens dengannya. Dan bukan hal yang tidak mungkin jika saat bertemu Mas Ferdi kakaknya itu akan menyadari hal ini juga. Sekalipun dia sudah berusaha memasang tembok yang tinggi juga mempertahankan sikapnya, bukan berarti sisi dari Nando tidak akan terlihat bukan? Bisa jadi malah akan jauh lebih terlihat dibandingkan dengan usaha Bila yang mencoba membatasi responnya.
Tapi bagaimanapun ini urusan pekerjaan, Bila sendiri tidak ingin ada hambatan apapun yang mengganggu nya. Apalagi dia sendiri sudah berjanji akan mengerjakan project ini dengan sungguh-sungguh. Jadi tidak mungkin hanya karena urusan pribadinya beberapa langkah dari persiapan ini jadi terganggu.