Part 36

777 92 16
                                    

Bila benar-benar tak kembali ke meja Rizky dan Nando sejak dia meninggalkan mereka untuk memilih menu sendiri dan meminta karyawan untuk membantu pesanan mereka.
Sungguh, ini masih hal yang belum bisa dia terima. Bila mungkin bisa belajar untuk melupakan traumanya perlahan, dan memulai fase baru dalam hidupnya. Tapi untuk kembali hidup berdampingan dengan seseorang yang telah mengukir kenangan buruk untuknya tentu itu bukan hal yang bisa dia lakukan.

Tanpa Bila ketahui Nando dan Rizky sudah meninggalkan meja di caffe sejak meeting mereka selesai. Rizky adalah perwakilan dari klien baru Nando di kantor, kebetulan sekali dia juga pernah kenal dengan Rizky sekilas karena Rizky masih termasuk salah satu mantan murid Ayahnya. Meskipun Nando memang tidak begitu benar mengenalnya.

Rasa khawatir dan penasaran menghantui Nando sejak Bila tak memunculkan wajah cantiknya sejak dia meninggalkan dia di meja bersama Rizky.
Nando bukan tidak menyadari raut wajah Bila ketika pergi tadi, tapi dia juga tidak mungkin mempertanyakan dan memaksanya bicara di depan orang lain seperti tadi. Dilema kini sedang menghantui pikirannya.
Ditambah lagi, Rion sedang tidak berada di kantor. Nando tentu tidak memiliki teman untuk berkeluh-kesah dan mencari cara menyelesaikan kekhawatiran nya.
Bila juga sejak tadi tak membalas ataupun mengangkat salah satu pesan atau telpon dari Nando. Sungguh, ini sangat membingungkan untuk Nando.

Tadi saat Nando hendak berpamitan sebelum dia kembali ke kantor, salah seorang karyawan menahannya dan mengatakan jika Bila sedang keluar makan siang sebentar dan tidak ada di ruangannya.
Nando bukan mendadak jadi orang yang posesif dimana Bila harus selalu memberinya kabar, tapi untuseseorang yang dalam situasi seperti ini rasanya juga akan bersikap sama sepertinya.

Nando masih duduk dan melamun di kursinya. Sesekali dia mengusap wajahnya kasar menggambarkan kecemasan nya yang belum tersampaikan.
Pekerjaannya sudah selesai sejak tadi, tapi dia masih berdiam diri di ruangannya.
Jam pulang kantor tinggal 30 menit lagi, dan sebenarnya tak masalah juga jika dia ingin pulang duluan seperti hari-hari lain sebelumnya.
Tapi kali ini dia lebih memilih untuk merenung dulu di ruangannya.
Sejujurnya dia juga hanya meringkas pekerjaannya hari ini. Dia tak bisa banyak berkonsentrasi untuk mengerjakan lebih banyak hal , jadi dia mengutamakan hal-hal yang akan menjadi deadline nya dalam waktu dekat saja untuk hari ini dia kerjakan.

Drrrttt.... Drttttt.....
"Iyaa Halloo Maa?....
Adaapa? Kenapa? " Ujar Nando begitu mengangkat telponnya yang baru saja berdering.

"Kamu dari tadi Mama kirim pesan ga dijawab-jawab lagian. " Keluh Mama di telpon.

Nando menghela nafas berat mendengarnya.
"Ohh.. Iyaa... Maaf Maa..
Nando tadi lagi ga pegang HP.
Kenapaa Maa? " Tanya Nando penasaran.

"Hemmm pasti belum baca pesan Mama ini." Jawab Mama.

"Pesan yang mana Maa?
Iyaa Nando kayanya belum baca,
yaudah ini kan Mama udah telpon.
Jadi kenapaa? Ada apa?? " Tanya Nando.

"Hemmm.. Kamu tuh yaa..
Mama cuma mau ngingetin, jadi kan kamu bawa Bila kerumah hari ini?
Kemarin kan kamu bilang setuju untuk bawa dia kerumah. " Ujar Mama.

Nando menepuk dahinya pelan
Dan berpikir bisa-bisanya dia melupakannya.

"Halloo? Nand?? " Ujar Mama yang tak mendapat jawaban apapun dari Nando.

"Iiii-iyaa Maa..
Maaf, iyaa jadii kok Maa..
Emm.... " Jawab Nando ragu-ragu.

"Kenapa?" Tanya Mama yang menyadari gaya bicara Nando.

"Kalau misalkan kita undur aja jadwalnya boleh ga Maa? Iyaa jangan hari ini gitu.
Nanti kita sengaja bikin janji deh rencanain kapan Nando ajak Bila kerumah. " Ujar Nando hati-hati.

"Hugging The Wound" // 'Memeluk Luka'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang