Part 17

433 55 1
                                    

Setelah menemukan meja yang tepat untuk mereka bicara, Nando kini merasa seperti sedang diintimidasi oleh Bila. Gadis itu tidak banyak bertanya ataupun bicara, dia hanya memainkan sedotan minumannya, menatap Nando lurus dan tak lama melipatkan tangan di dadanya seperti orang yang siap mendengarkan klarifikasi dari sebuah masalah. Nando yang biasanya selalu percaya diri didepannya, kini tiba-tiba merasa menjadi gugup dan canggung.
Bila tak se-menyeramkan itu, tapi melihat nya sekarang duduk didepannya seperti ini, Nando merasa seperti sedang berhadapan dengan seorang guru yang akan sedang menyidang muridnya.

"Okeee, jadii kita mau bahas yang mana dulu? " Ujar Nando memecahkan hening diantara mereka yang sejak tadi hanya sibuk saling melirik dan menikmati minuman pesanan mereka masing-masing.

"Pekerjaan." Ujar Bila singkat.
Baiklah Nando harus akui prediksi nya salah, jika sebelum nya dia mengira Bila akan meminta penjelasan dari alasannya tadi saat bertemu Ayah-nya. Ternyata gadis didepannya ini justru lebih tertarik pada alasan alibinya datang kesini.

"Beneran? " Tanya Nando penasaran.
Meskipun tak terlihat keraguan dari gadis didepannya ini, Nando tetap saja penasaran benarkah Bila setidak masalah itu dengan yang baru terjadi atau dia mungkin memang tidak peduli.

"Iyaa."
"Saya penasaran aja, ada pembahasan penting apa sampai kamu harus nyusul kesini. Ohiya atau mungkin memang niatnya mau bertemu Pak Fero? " Tanya Bila sarkas.

"Okee Bila, biar saja jelasin satu-satu yaa..
Yang pertama, niat awal saya kesini emang mau nyusulin kamu. Walaupun tadi kita sempat koordinasi lewat chat dan media, saya rasa... Saya perlu untuk bicara langsung sama kamu soal persiapan nya. Supaya jelas sebelum mulai besok sudah dikerjakan dan kedua Om Hans meminta saya untuk mengusahakan cafetaria itu bisa mulai beroperasionalminggu depan. " Jelas Fero yang ditanggapi anggukan ragu oleh Bila.

"Yang kedua, karena saya tau tempat kamu kuliah sepertinya sama dengan tempat Ayah saya mengajar, ya yaudah sekalian saya titipin sesuatu untuk Ibu saya. " Jelas Nando walaupun sedikit berbohong pada penjelasan nya. Sebenarnya cheesecake yang Nando bawa tadi itu akan dia berikan pada Bila. Tapi saat bertemu Ayahnya tadi, menyelamatkan dirinya tentu lebih penting dibandingkan mencari perhatian di depan Bila.

"Emm okee kalo gitu... " Jawab Bila yang mulai melirik ponselnya.

"Iyaa, untuk alasan saya pada Ayah saya juga saya minta maaf yaa.. " Ujar Nando dengan suara sedikit melemah.

"Engga apa-apa" Ujar Bila sambil tersenyum pada Nando.

"Okeee, tapi kalo boleh tau Pak Fero itu dosen kelas kamu? " Tanya Nando sambil menyeruput cappucino hot yang sudah dia ketuk-ketuk gelasnya saja sejak tadi.

"Iyaa.. Kebetulan jadi dosen pembimbing saya. " Jelas Bila santai.

"Uhukkk... Uhukk... Uhukk.... " Suara batuk Nando terdengar seperti pria itu sedang tersedak, mungkinkah? Tapi bukannya sejak tadi dia belum meminum apapun lagi  ujar Bila memperhatikan nya.

"Gapapa? " Tanya Bila begitu Nando sudah kembali menguasai dirinya.

"Hemm dosen pembimbing yaa, berarti skripsi kamu nanti di bimbing juga sama beliau yaa.. " Ujar Nando sedikit gugup

"Iyaa bukannya tugas dosen pembimbing emang gitu ya? " Tanya Bila.

"Ii-iyaa bener... " Jawab Nando.

"Yaudah kalo gitu, besok saya harus jadwalin buat ke kantor Mas Nando berarti ya?.. Atau langsung ke lokasi cafetaria aja? Tujuannya cuman buat ngecek doang kan yaa.. Untuk selebihnya tentang pengadaan peralatan dan kelengkapan itu kita serahkan sepenuhnya aja. Nanti kalo udah rampung 70% kita bisa langsung susun sama rapihin disana. " Jelas Bila.

"Hugging The Wound" // 'Memeluk Luka'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang