Hari ini, sepulang kuliah Hanny memutuskan untuk kembali berkunjung ke rumah Jansen. Hanya saja, Jansen masih ada jam kuliah hingga sore. Jadi, hari ini Hanny menunggu kepulangan kekasihnya itu sembari bersenda gurau bersama dengan Radja.“Saya sebenarnya mau bertemu juga dengan Mey,” beritahu Radja sesampainya mereka di rumah.
“Ya, udah. Kalo dia mau, bawa juga ke sini. Biar aku tunggu,” ujar Hanny sembari beranjak duduk di sofa ruang tamu.
“Kamu aman kalau saya tinggal sendiri?” tanya Radja dengan sedikit khawatir.
Hanny menganggukkan kepalanya pelan. “Aman ... lagian, bentar lagi juga, kakak kamu pulang.”
Radja tampak tersenyum lebar, kemudian ia berpamitan pada Hanny seraya beranjak menuju ke tempat Mey.
Sepeninggalan Radja, netra Hanny mulai menyisiri area sekeliling rumah. Rumah tersebut tampak sedikit berantakan. Mungkin, karena kedua pria yang tinggal di sana harus berangkat kuliah pagi-pagi hingga tidak sempat membereskan rumah.
Sembari menunggu Jansen, Hanny memutuskan untuk membereskan bagian lantai bawah dari rumah tersebut. Ia tampak mengeluarkan sebuah headset dari dalam tas selempangnya seraya menautkannya pada ponsel.
Membersihkan rumah sembari mendengarkan musik memang sudah jadi kebiasaan Hanny sejak dulu. Apa lagi, membersihkan rumah kekasihnya tidak terlalu sulit karena tata letak barang-barang yang memudahkan siapa pun untuk menyapu lantainya.
Setelah beres menyapu, Hanny tampak beranjak ke dapur untuk mencuci beberapa piring kotor di atas wastafel. Hanny mencuci sembari tersenyum tipis karena sepertinya Jansen dan Radja membuat sarapan mereka sendiri.
Jarang sekali ada pria yang membuat menu makanannya sendiri. Kebanyakan, mereka akan membeli makanan itu di luar rumah atau semacamnya.
Ketika Hanny selesai mencuci semua wadah kotor tadi, tiba-tiba Jansen merengkuh pinggangnya dari belakang seraya memeluknya dengan begitu erat.
Sontak saja, Hanny melepaskan sebelah airtips dari telinganya sembari menatap wajah Jansen yang kini menempel pada pipinya.
“Kapan kamu pulang?” tanya Hanny. Ia terlihat masih terkejut.
“Kenapa kamu ada di sini, hm?” Jansen balik bertanya seraya mengendus bahu Hanny.
“Aku cuma mau nyusun presentasi bareng Radja.” Hanny tampak beralasan.
“Presentasi biasanya memiliki tema yang berbeda dan individual. Katakan alasanmu yang lebih masuk akal.” Jansen benar-benar tidak bisa diajak basa-basi.
“Kamu pengen denger jawaban apa dari aku?” tanya Hanny lagi. Sebenarnya, sedari tadi jantungnya sudah berdetak sangat cepat karena sentuhan dari Jansen.
“Jawab sesuai dengan apa yang ada di dalam hati kamu,” pinta Jansen sembari mengeratkan dekapannya.
Hanny menoleh sedikit ke arah samping untuk menatap wajah sang kekasih. “Aku kangen sama kamu, makanya aku ke sini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE : Our Story
RomanceDeskripsi nyusul, yaa.. intinya ini kisah nyata dan aku berkolaborasi dengan adik iparku.