Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari baru tiba ...
Hari minggu yang lumayan cerah ini, malah digunakan oleh Hanny untuk berdiam diri di dalam kamar. Ozzy maupun Lala sama sekali tidak mengajaknya keluar karena mereka berdua sedang ada kesibukan lain.
Hanny tampak melirik sekilas ke arah ponsel yang ia letakkan di atas nakas kecil, samping ranjangnya. Ponselnya itu sama sekali tidak bersuara dari kemarin.
Jansen benar-benar tidak membalas pesan yang terakhir ia kirim, kemarin pagi. Bahkan, Hanny sampai mengirim pesan terlebih dahulu sebelum ia tidur. Tapi, Jansen masih belum juga membalasnya.
Tok ... Tok ... Tok ...
Tak lama kemudian, Hanny mendengar suara ketukan pintu dari luar rumahnya. Ia segera berlari keluar kamar untuk melihat siapa orang yang tengah menunggu di ambang pintu.
Di sofa ruang tamu, Hanny melihat Nazar yang sedang duduk sembari membaca koran. Tapi, beliau juga hanya duduk tanpa membukakan pintu tersebut.
Hanny melirik sekilas ke arah ayahnya yang super cuek itu, kemudian ia segera membuka pintu depan rumahnya. Tampaklah sosok pria yang membuatnya terkejut bukan main.
“Pagi,” sapa Jansen sembari tersenyum hangat dengan tanpa dosanya pagi Hanny.
Hanny lantas mengarahkan pandangannya lagi pada Nazar. Ayahnya itu hanya mendelik Hanny dan Jansen sekilas, kemudian beliau berlalu dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun.
Jansen hanya tersenyum hambar setelah ia melihat respon ayah dari kekasihnya itu. Padahal, ia sudah nekat datang ke rumah Hanny secara langsung karena ia sudah tidak ingin menjalani hubungan yang tersembunyi.
“Sabar ... seenggaknya, Papa aku gak sampe ngajak kamu debat kayak biasanya,”sanggah Hanny sembari mengusap bahu kanan Jansen.
Jansen lantas menatap Hanny dengan tatapan yang cukup sayu. “Semalam, saya tidur sangat larut karena ada yang harus saya kerjakan.”
Hanny tampak menautkan alisnya setelah ia mendengar ucapan Jansen. Bukankah pria itu sedang membalas pesan yang Hanny kirim semalam? Kemarin malam, Hanny memang menyuruh Jansen untuk tidak tidur terlalu larut di dalam pesan singkatnya.
“Kamu lagi bales chat aku?” tanya Hanny dengan polosnya.
Jansen menganggukkan kepalanya pelan. “Membalas pesan seperti ini sangat menguntungkan untuk saya karena saya bisa langsung bertemu denganmu.”
Gubrak ...
Bukan begitu cara kerjanya, Jansen!
Setidaknya, berkomunikasi dengan cara mengirim pesan itu sangat penting agar orang yang menyayangimu tahu bagaimana kondisimu ketika kalian sedang berjauhan.
Sudahlah ... tidak perlu mengatakan itu pada Jansen karena dia pasti menjawab, “kalau begitu, saya akan datang menemuimu setiap kali kamu mengirim pesan.”