TIGA PULUH

36 14 66
                                    

Jansen terlihat sedang menunggu Hanny di dalam mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jansen terlihat sedang menunggu Hanny di dalam mobilnya. Hari ini, ia memang berniat untuk menjemput Hanny pulang kuliah, tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Ketika ia sedang menunggu, ia mendengar suara azan zuhur berkumandang. Tatapannya dari layar ponsel mulai teralihkan. Ia tampak menyandarkan punggungnya pada sandaran jok mobil seraya memejamkan matanya.

Ia begitu menikmati lantunan suara azan tersebut sembari tersenyum tipis. Suara nan indah, tapi masih sulit untuk ia jangkau.

Karena rasa penasaran itu semakin bergejolak di dalam hatinya, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari dalam mobil seraya beranjak menuju ke mesjid yang berada di dalam lingkungan kampus tempat Hanny berkuliah.

Dari situlah sumber suara azan yang Jansen dengarkan tadi.

Dari kejauhan, ia tampak melihat ada beberapa mahasiswa yang mulai masuk ke dalam mesjid tersebut, untuk beribadah. Hatinya terenyuh, kakinya ingin melangkah.

Namun, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ia berada di dalam sana.

Jansen kembali mengurungkan niatnya. Ia menahan rasa ingin tahunya itu karena ada benteng lain yang masih mengganjal di dalam hatinya. Bagaimanapun, keyakinannya juga sangat penting untuk dirinya sendiri.

Ia berbalik seraya kembali melangkahkan kakinya menuju ke tempat parkir. Di samping mobilnya, ia sudah melihat Hanny yang tengah berdiri, bersama dengan Radja.

Jansen lantas tersenyum tipis sembari mempercepat langkahnya. Ketika jaraknya dengan Hanny sudah dekat, ia melihat kekasihnya itu mulai melambaikan tangan padanya.

“Abis dari mana dulu?” tanya Hanny sesampainya Jansen di hadapannya.

Jansen mengarahkan pandangannya ke arah jalan menuju mesjid. “Saya habis melihat orang-orang beribadah.”

“Oh, aku kira, dari mana.”

Jansen mulai memperdalam tatapannya pada sang kekasih. “Apa kamu mau beribadah dulu?”

Hanny cukup terkejut dengan pertanyaan Jansen. Ia tampak kikuk sembari memalingkan wajahnya sekilas ke arah Radja.

“Emang, kamu mau tunggu aku dulu?” tanya Hanny dengan ragu pada Jansen.

“Shalat saja,” jawab Jansen seraya menganggukkan kepalanya. “Saya bisa tunggu di sini dulu bersama dengan Radja.”

Hanny lantas mengalihkan tatapannya pada sang sahabat. Ia melihat Radja yang menganggukkan kepalanya samar sembari tersenyum tulus.

Hanny mulai melangkahkan kakinya menuju ke mesjid. Kepergian Hanny kali ini cukup membuat hati Jansen merasa sangat tenang.

“Saya salut dengan perasaan Kakak,” puji Radja pada Jansen.

Pria tidak ramah lingkungan itu mulai mengarahkan pandangannya pada sang adik. “Nanti, kamu juga akan merasakannya jika kamu sudah benar-benar jatuh cinta.”

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang