Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini, Radja benar-benar datang ke tempat Mey bersekolah. Ia tampak menunggu beberapa meter dari pintu gerbang sekolah itu sembari mengarahkan pandangannya ke arah sekeliling untuk mencari keberadaan gadis remaja itu.
Ia melihat banyak siswa siswi yang masuk ke dalam sekolah tersebut karena ini memang masih pukul setengah tujuh pagi.
Tak lama kemudian, ia melihat Mey yang muncul dari arah barat pintu gerbang. Gadis itu berjalan dengan cukup lesu, tidak ceria seperti saat Radja pertama kali melihatnya, dua hari yang lalu.
Radja hendak menyalakan motornya untuk menghampiri Mey. Tapi, ia kembali mengurungkan niatnya tersebut karena ia melihat empat orang siswi yang menghampiri Mey seraya merangkulnya dengan begitu kasar.
Dilihat dari postur dan wajah, sepertinya siswi-siswi itu adalah kakak kelas Mey. Tapi, yang memancing perhatian Radja adalah, ia melihat para siswi itu seperti sedang merundung gadis malang tersebut.
Bahkan, salah seorang dari mereka ada yang merangkul Mey sembari menekan-nekan kasar kepala Mey dengan telunjuknya.
Sontak saja semua itu membuat emosi Radja terpancing. Tanpa pikir panjang, ia langsung menancapkan gasnya seraya menghampiri mereka.
Radja menghentikan motornya tepat di samping Mey beserta keempat siswi nakal tersebut, membuat kelimanya menoleh ke arah Radja secara bersamaan.
“Wah, siapa, nih? Ganteng banget,” puji salah seorang dari siswi itu.
“Gilak, kek idol k-pop!” Siswi yang lain tak kalah histeris.
Namun, Radja masih terdiam sembari menatap wajah Mey. Mey juga terlihat menatap Radja dengan tatapan segannya. Gadis rapuh itu masih terlihat ketakutan.
“Naik!” tegas Radja pada Mey yang sontak saja membuat keempat siswi itu menoleh ke arah gadis tersebut.
“Hoh, kamu kenal sama cewek mendadak miskin ini?” cecar salah satu dari mereka.
“NAIK!” Radja kembali menegaskan dengan meninggikan sedikit suara, tanpa memperdulikan ucapan dari siswi yang tadi.
Karena Mey hanya terdiam akibat dua siswi di antara mereka terus saja memegangi kedua lengan Mey, akhirnya Radja memutuskan untuk turun dari atas motornya seraya meraih tangan kanan Mey.
“Heh, dia mesti sekolah! Lo mau bawa dia ke mana? Mau gue laporin, lo?” ancam salah satu dari siswi tersebut.
Radja tampak menatap keempatnya dengan tatapan yang sangat tajam. “Saya juga bisa melaporkan tindakan kalian pada pihak yang berwajib!”
Sontak saja keempatnya langsung terdiam, sementara Radja kembali membawa Mey seraya membantunya untuk naik ke atas motor.
Radja tampak melajukan motornya dengan cukup kencang. Ia tampak menarik pelan tangan kanan Mey agar gadis remaja itu mau berpegangan pada pinggangnya.