DUA PULUH TIGA

35 13 69
                                    

Pagi ini, Hanny sedang berdiam diri di teras rumahnya sembari sesekali membalas pesan yang dikirimkan oleh Jansen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Hanny sedang berdiam diri di teras rumahnya sembari sesekali membalas pesan yang dikirimkan oleh Jansen. Tak lama kemudian, ia melihat Ozzy yang berjalan masuk ke halaman rumahnya sembari membawa sebuah kantung bungkusan.

“Nih, sambil sarapan,” seru Ozzy seraya meletakkan kantung keresek itu di tengah-tengah mereka duduk.

Hanny mulai membuka pengikat kereseknya sembari meraih satu gorengan yang ada di dalamnya. Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu karena kesibukan Ozzy di kampusnya. Kalaupun bertemu, itu hanya saling berpamitan ketika mereka akan berangkat kuliah.

“Gimana hubungan lo sama si bule sipit itu?” tanya Ozzy yang seketika membuat Hanny tersedak.

Uhuk ... uhuk  ... Bule sipit?” Hanny balik bertanya. “Gue aja baru ngeuh kalo dia itu bule, saking melokalnya.”

“Jangan dulu bercanda!” tegas Ozzy sembari mengusap kasar wajah Hanny dengan tangan kanannya.

Hanny mulai memasang raut wajah cemberutnya. Ia tahu, hari ini ia pasti akan diomeli habis-habisan oleh sepupu yang sudah dianggap kakaknya sendiri itu.

“Gue sama Jen baik-baik aja selama kita gak ketemu sama Papa.” Hanny mulai menjelaskan situasinya.

Ozzy mengangguk paham. “Gue juga denger dari kakak gue kalo pacar lo itu sempet berdebat sama Om Nazar.”

“Dia cuma membela diri, bukan berdebat,” beritahu Hanny sembari menundukkan kepalanya.

Ozzy membuang napasnya kasar sembari mengacak-acak rambut Hanny. “Kenapa lo milih jalan hidup yang ribet kayak gini? Kalo lo pengen jatuh cinta lagi setelah lo patah hati, kenapa harus sama cowok yang beda ....”

“Gue mesti jatuh cinta sama siapa?” sela Hanny seraya bertanya pada Ozzy. “Dia sayang banget sama gue! Dia juga jagain gue banget. Jadi, apa salahnya kalo hati gue sampe bisa luluh sama dia?”

“Lo gak ngerasa kalo lo cuma jadiin dia pelampiasan?” cecar Ozzy tanpa memedulikan pertanyaan Hanny. “Lo ngerasa nyaman sama dia ketika lo lagi disakiti sama si Yudha. Apa lagi, lo sama cowok lo itu baru beberapa bulan saling kenal. Dan sekarang, lo malah ngebantah orang tua lo cuma karena cowok yang baru masuk ke kehidupan lo itu?”

“Apa cinta mengenal waktu?” Hanny balik bertanya seraya menatap Ozzy dengan begitu tajam. “Lagian, Jansen itu bukan sekedar CUMA buat gue! Kalaupun iya perasaan gue cuma sekedar pelampiasan, gue tetep gak akan lepasin dia!”

Hanny tetaplah Hanny ... si gadis keras kepala yang tidak akan pernah bisa dibujuk, sekalipun ia tahu jika perbuatannya akan melukai dirinya sendiri.

Ozzy menghela napas berat sekali lagi. Tatapannya mulai meneduh, tanda bahwa ia tidak akan mengajak Hanny untuk berdebat lagi.

“Ternyata, lo emang jatuh cinta sama dia,” ucap Ozzy sembari tersenyum hambar.

Hanny kembali menatap saudara sepupunya itu dengan tatapan tidak suka. “Lo juga tau sendiri kalo gue gak pernah main-main sama perasaan gue!”

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang