SEMBILAN BELAS

34 16 14
                                    

Siang ini, Jansen terlihat sedang berdiri sembari menyandarkan punggung pada pintu mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini, Jansen terlihat sedang berdiri sembari menyandarkan punggung pada pintu mobilnya. Ia sedang menunggu jam kuliah Hanny selesai.

Cuaca hari ini cukup mendung. Untuk itu, Jansen mendadak datang menjemput Hanny tanpa memberitahunya terlebih dahulu karena ia tidak ingin kekasihnya kehujanan.

Ketika ia sedang menunggu, tiba-tiba ia melihat seseorang datang dengan mengendarai motornya. Orang itu tampak memarkirkan motornya di tempat parkir khusus kendaraan beroda dua.

Jansen memang sangat mengetahui siapa orang itu. Untuk itu, ia segera bergegas untuk menghampiri orang tersebut tanpa banyak berpikir.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Jansen segera setelah ia sampai di hadapan orang tersebut.

Orang itu tampak menggantungkan dahulu helmnya pada kaca spion motor. "Bukan urusan lo!"

Ternyata, orang yang baru saja datang adalah Yudha. Entah apa lagi yang pria itu inginkan dari Hanny. Seakan ia tidak memiliki rasa bersalah dengan selalu muncul seperti saat ini.

Jansen menarik pelan lengan Yudha ketika pria tidak tahu diri itu akan berlalu. "Sebaiknya, kamu benar-benar menjauhi Hanny!"

"Kenapa?" tanya Yudha dengan nada yang cukup menantang. Ia juga tampak menghempaskan kasar tangan Jansen. "Apa salahnya jemput pacar sendiri, hah?"

"Sekarang, dia adalah milik saya!" Jansen menegaskan dengan suara yang cukup pelan, tapi penuh dengan penekanan.

Yudha tersenyum sinis. "Kalo dia emang milik lo, harusnya bokap dia nyuruh lo buat jemput dia! Bukan nyuruh gue!"

Degh ...

Entah sejak kapan, ayah kandung Hanny menjadi kelemahan untuk Jansen. Hati Jansen cukup terluka ketika ia mendengar ucapan Yudha.

"Tadi, Papa Nazar nyuruh gue buat balikan lagi sama Hanny. Apa lo pikir, Hanny bisa nolak permintaan Papanya?" Yudha kembali berbicara dengan penuh percaya diri.

Jansen menetralkan kembali tatapannya yang sempat menajam karena ia terkejut. "Silakan ajak dia untuk kembali bersama kamu. Saya juga ingin tahu, apa jawaban dari pacar saya, untukmu."

"Pacar?" beo Yudha sembari mengulum senyumnya. "Lo pikir, orang kayak lo bisa masuk ke dalam keluarga Hanny?"

Namun, tak sempat Jansen menjawab karena Hanny datang secara tiba-tiba seraya meraih tangannya. Hanny tampak menggandeng tangan Jansen, membawanya pergi dari hadapan Yudha.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang