TUJUH

115 27 61
                                    

NOTE :
DENGAN TIDAK MENGURANGI RASA HORMAT KEPADA PARA SENIOR, SAYA TIDAK MENERIMA KRISAR DALAM BENTUK APA PUN DI KOLOM KOMENTAR!
Kalau mau krisar, kalian bisa langsung pc / dm aku.
Dimohon pengertiannya karena novel ini ditulis oleh dua orang dan partner collabku ( Radja/Wingsra ) kurang menyukai ada krisar dikolom komentar. Jadi, kalian bisa chat aku kalo mau krisar. Nanti biar aku yg perbaiki 🙏
Thx 😘😘

So, happy reading guys ...

.
.
.
_**********..**********__

Setelah beberapa hari berlalu, ternyata Hanny masih saja larut dalam kesedihannya. Setiap pulang kuliah, ia hanya berdiam diri di dalam kamar sembari menatap keluar jendela. Bahkan, musik underground yang selalu ia dengarkan melalui airphone-nya saja, tak cukup membuat hatinya tenang, untuk saat ini.

Sesekali, Ozzy memang suka datang berkunjung untuk menghibur gadis malang tersebut. Tapi, tampaknya kehadiran Ozzy juga tidak terlalu berpengaruh pada kondisi Hanny saat ini.

Tok ... Tok ... Tok ...

Malam itu, terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah Hanny. Suci yang mendengarnya, lantas segera bergegas ke depan untuk membuka pintu tersebut.

Wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu sedikit kebingungan melihat seorang anak remaja yang sangat tampan, tengah berdiri di ambang pintu sembari mengibarkan senyum hangatnya.

Orang yang barusan mengetuk pintu rumah Hanny adalah Radja.

Radja berkunjung ke rumah Hanny sembari membawa sekantung bungkusan. Ini memang kali pertama untuknya berkunjung ke rumah teman dekatnya tersebut. Untuk itu, Suci terlihat sedikit terkejut.

“Apa Hanny ada di rumah?” tanya Radja pada Suci, ibu kandung Hanny.

Suci segera menganggukkan kepalanya. “Oh, Hanny ada di dalam. Kamu temannya?”

“Iya, saya teman kuliahnya,” jawab Radja seraya mempertahankan senyuman ramahnya.

Tanpa menyuruh Radja untuk masuk ke dalam rumah, Suci segera bergegas ke dalam kamar Hanny untuk memberitahu putri sulungnya tersebut.

“Han, di luar ada anak cowok ganteng banget nyariin kamu,” seru Suci sesampainya ia di dalam kamar Hanny.

Hanny sendiri tampak menautkan alisnya sekilas. “Ganteng banget? Siapa?”

“Dia bilang, dia teman kuliah kamu .... Sok atuh, di samperin dulu!”

Hanny langsung bisa mengira bahwa orang yang dimaksud oleh Suci adalah Radja. Ia segera bergegas ke teras rumah untuk menghampiri teman dekatnya tersebut.

“Radja?” panggil Hanny sesampainya ia di teras.

Radja tampak melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar. Setelahnya, ia terlihat menyodorkan bungkusan yang sedari tadi ia bawa.

“Ini, ada obat patah hati untuk kamu,” seru Radja.

Sungguh, Radja benar-benar tidak membantu dengan mengatakan hal tersebut sembari memberikan bungkusan tersebut. Tapi, Hanny juga tidak mungkin tidak menerimanya karena niat Radja memang terlihat tulus.

“Apa, ini?” tanya Hanny sembari tersenyum hambar.

“Itu cake. Rasa manis pasti bisa membuat kamu kembali bahagia.”

Hanny tampak mengulum senyumnya sembari mengintip isi bungkusan itu setelah ia mendengar ucapan Radja.

“Mau keluar bersamaku?” ajak Radja karena Hanny masih diam tanpa menanggapinya.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang