EMPAT PULUH DELAPAN

24 2 3
                                    

Hari ini, Hanny sudah terlihat semakin membaik. Ia tampak diantar oleh Ozzy ke kampus seperti biasanya. Setelah mereka sampai di pintu gerbang kampus, Hanny dan Ozzy bisa melihat Dera yang berlari dari area kampus, untuk menghampiri mereka berdua.

“Wah, angin segar,” sindir Hanny yang seketika membuat Ozzy mengerutkan dahinya.

Ini seperti deja vu ketika Ozzy pertama kali melihat Radja yang memanggil Hanny sembari melambaikan tangannya, beberapa bulan yang lalu. Kakak sepupu Hanny itu juga berkata “angin segar” sembari menyindir Hanny.

“Akhirnya, kamu dateng ke sini juga,” seru Dera dengan antusias pada Ozzy.

Ozzy sendiri tampak tersenyum hambar. “Gue ke sini sambil nganterin Hanny. Lagian, udah biasa.”

Duk ...

Hanny lantas menyenggol sikut Ozzy dengan begitu kasar. Ia tampak memelototi kakak sepupunya itu agar tidak berkata yang dapat menyinggung perasaan Dera.

“Ya, udah. Gue cabut dulu, ya. Gue juga ada kelas pagi soalnya,” pamit Ozzy pada Hanny dan Dera.

Kedua gadis itu mengangguk. Setelahnya, Ozzy segera melajukan motornya kembali menuju ke kampusnya yang berada di area Jalan Gatot Subroto.

Hanny dan Dera segera masuk ke dalam lingkungan kampus setelah mereka melihat Ozzy berlalu. Beberapa saat kemudian, Radja juga masuk seraya menaiki motor sportnya.

Pria bertubuh tinggi itu tampak memarkirkan motornya terlebih dahulu. Setelahnya, ia mulai mengarahkan pandangannya pada Hanny yang sudah masuk ke area koridor kampus bersama dengan Dera.

“Sejak kapan mereka berdua dekat?” tanya Radja dengan pelan pada dirinya sendiri.

Radja segera turun dari atas motornya, kemudian ia segera beranjak untuk menyusul Hanny. Ia juga tampaknya sedikit kesal karena melihat Hanny yang berjalan bersama dengan Dera tanpa memberi kabar jika dirinya sudah sembuh dari demam.

Mungkin, Radja sedang merasa cemburu karena ia melihat Hanny mau berteman dengan orang lain. Biasanya, Hanny tidak terlalu tertarik untuk bergaul dengan mahasiswa lain, selama ada Radja di sampingnya.

Ketika Radja sudah masuk ke dalam kelas pun, ia melihat Hanny yang duduk bersebelahan bersama dengan Dera. Kedua gadis itu tampak mengobrol dengan begitu akrabnya sembari sesekali tertawa bersama.

Radja lantas duduk di tempat yang cukup jauh dari tempat Hanny dan Dera duduk. Radja duduk di bangku bagian paling depan, dekat pintu masuk kelas mata kuliah utama mereka.

Beberapa saat kemudian, Hanny mulai menyadari kehadiran Radja di bangku paling depan itu. Gadis tangguh tersebut mulai menautkan alisnya seraya bangkit dari duduknya tanpa berpamitan pada Dera.

Brak ...

Hanny menyimpan tas selempangnya di atas meja dengan sedikit kasar, membuat Radja yang setengah melamun menjadi sedikit terkejut karena suara yang ditimbulkan oleh tas tersebut.

“Lo punya masalah apa sama gue?” cecar Hanny sembari duduk di bangku sebelah Radja.

Radja tampak melirik sekilas ke arah Dera yang kini sedang mengobrol dengan mahasiswa lain. Netra Hanny mulai mengekori ke mana arah pandangan Radja tertuju. Ia menghembuskan napasnya kasar karena ia baru menyadari jika Radja sedang merasa cemburu.

“Aku sama dia ketemu di pintu gerbang. Dia nyamperin aku karena aku datang bareng sama Ozzy,” jelas Hanny tanpa Radja bertanya.

Radja segera mengalihkan pandangannya pada sang sahabat. “Kenapa tidak bilang kalau kamu sudah sembuh? Mungkin, saya bisa menjemput kamu.”

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang