DUA PULUH LIMA

38 13 66
                                    

Dalam perjalanan pulang, Hanny tak henti-hentimenekuk wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam perjalanan pulang, Hanny tak henti-henti
menekuk wajahnya. Ia begitu kesal, ia begitu marah. Tapi, Jansen masih saja diam tanpa menanyakan keadaannya saat ini.

Sesekali, Hanny tampak melirik ke arah Jansen yang sedang berfokus mengemudi tanpa bersuara. Biasanya, pria tidak ramah lingkungan itu selalu mengajaknya berbincang walaupun ia sedang mengemudi.

Karena semakin kesal, Hanny lantas menghentakkan kakinya pelan dengan begitu cepat sembari melipat kedua lengannya di bawah dada. Setelah Jansen menyadari pergerakan Hanny itu, ia segera mengeluarkan sesuatu dari dalam dasbor mobilnya.

"Hentakan kakimu sambil makan ini," titah Jansen sembari menyodorkan permen karet rasa buah jeruk pada Hanny.

"Kamu lagi ngejekin aku?" tanya Hanny dengan kesal.

Jansen menggelengkan kepalanya pelan. "Menghentakkan kaki cepat seperti tadi akan terlihat cool jika sembari mengunyah permen karet."

Hanny tampak meniup poninya dengan begitu kasar karena ia memiliki kekasih yang tidak pandai merayu ketika ia sedang marah seperti ini. Hanny lantas meraih permen karet itu seraya memakannya.

Jansen tersenyum tipis setelah melihat Hanny menuruti apa perkataannya. Gadis tangguh itu selalu terlihat menggemaskan dimatanya. Apa lagi, usia Jansen memang berada tujuh tahun di atas Hanny. Untuk itu, Jansen harus lebih berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan Hanny yang baru saja beranjak dewasa.

"Bagaimana kalau saya antar kamu pulang dulu?" tanya Jansen.

Hanny kembali menatap Jansen sembari menautkan alisnya. "Kenapa pulang?"

"Kamu bau keringat, harus mandi," jawab Jansen yang membuat Hanny langsung menciumi bau tubuhnya sendiri.

"Jujur banget, nih, bule sengklek," gerutu Hanny di dalam hatinya.

Hanny kembali menatap Jansen. "Terus, kamu gimana? Mau langsung pulang?"

"Saya akan menunggu di rumah Sigit. Dia bilang, kelas siangnya sudah selesai," jelas Jansen.

Hanny kembali terdiam. Setahunya, hari ini Ozzy tidak ada kelas. Sepupu yang paling dekat dengannya itu pasti akan berada di rumah saat ini. Hanny hanya takut jika Ozzy akan memberikan kesan yang tidak nyaman pada Jansen.

..

Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Hanny. Hanny tampak menatap wajah sang kekasih terlebih dahulu sebelum ia turun dari mobil.

"Kalo ada Papa aku, gimana?" tanya Hanny seraya mengeluh pada Jansen.

"Tinggal hadapi saja. Lagi pula, kita sudah terlalu lama bersembunyi seperti ini. Lebih cepat saya bertemu lagi dengan Papamu, akan lebih baik untuk hubungan kita walaupun saya akan kena marah dulu," tutur Jansen dengan sangat detail.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang