putus sekolah

18 1 0
                                    


Sore hari saat imah bangun dari tidur siangnya. dia pergi ke dapur mengambil air minum. di dapur dia melihat tia sedang memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarganya. Dia sudah lelah sedari tadi menyiapkan makanan itu. Tangan tia yang terkena air panas itu belum juga sembuh sampai sekarang tetapi masih digunakan untuk aktivitas sehari-harinya. dia tak bersekolah karena dia mau adiknya yang mendapatkan pendidikan yang lebih baik darinya.  Bohong rasanya jika dia tak sedih jika melihat adik-adiknya berangkat sekolah. Dia bekerja di kebun karet walaupun gajinya tak seberapa tetapi cukup untuk membantu ayah dan keluarganya.

"siapa yang kemarin jalan-jalan,bagaimana? seru?" ujar tia. Sekarang dia sedang mencuci piring kotor yang tinggal sedikit.

"ga jalan-jalan itu kak, kerumah orang tuanya" ujar imah dengan lemas dan segera meneguk air yang ada di gengamannya.

"ohh, jadi ceritanya di kenalin nihh sama orang tuanya" ujar tia dengan senyum dan menaruh piring terakhir di rak dan dia memandang adiknya.

"Iya kak, jujur saja aneh rasanya kita tanpa status tetapi mengapa dia malah bawa aku kerumahnya kan aneh yaa?" ujar imah dengan lesuh dan duduk di pingir makanan yang telah disiapkan oleh kakanya.

"yaa, ga aneh lah ma mungkin maksud dia ingin langsung nikah saja sama kamu" ujar tia dengan menata dan membersikan tempat masaknya.

"ihh,tetep saja kak dia ga pernah bilang apa-apa ke aku bahkan aku setuju saja dia gak tanya kak" ujar ima dengan meneguk air terakhirnya. Akhir-akhir ini dia telalu banyak pikiran tentang ini dia takut akan di paksa menikah dengan orang yang tidak dia cintai.

" loh memang kamu gak mau sama dia dek?" ujar tia dengan wajah penuh tanya.

"Gak begitu juga kak tetapi jujur aku gak suka sama dia kak" ujar imah dengan lemas dan menarik napas panjangnya.

"dek cinta itu bisa kok dateng nanti yang penting kalian saling terima dan saling menghargai kekurangan saja" ujar tia dengan senyum manisnya. dia sudah amat sangat berpengalaman tentang masalah percintaan. dia selalu berpikir bahwa cinta itu tak harus bersama atau pun memiliki.

"ahh, kakak ma begitu" ujar imah dengan cemberut dan masuk ke kamar mandi yang jaraknya tak jauh dari kamar mandi. kakaknya hanya menggeleng pelan melihat tingka laku adiknya.

Setelah dia selesai mandi. dia mendengar ketukan pintu dari kamar mandi.

"kak udah belum mandinya dipanggil ibu tuh" ujar nia

"iyaa,bentar lagi" ujar imah.

Setelah dia selesai mandi dan berganti pakaian dia pergi ke kamar ibunya. Saat tiba di kamarnya dia mengetuk dan ketika ibu sudah menatapnya dia berkata

"ada apa bu, ibu memanggil ku?" ujar imah.

"iya ma, sini ibu mau ngomong" ujar ibu imah dengan menepuk-nepuk kasur agar imah duduk di situ.

"nak setelah ibu pikir-pikir sepertinya kamu tidak bisa lanjut sekolah kamu bekerja seperti kakak kamu saja yaa" ujar ibu imah. Imah terdiam menahan air mata yang hendak keluar dari tadi.

"ayahmu tak sekuat dulu lagi,nak kamu ga kasihan lihat ayahmu angkat-angkat seberat itu demi kamu dan keluarga kita" ujar ibu imah.

"itu kan memang tugas ayah untuk mencari nafkah bu" ujar imah.

"kamu  ini ngeyel saja, mau jadi apa kamu kalau kerjaan mu cuman bantah orang tua saja ibu mau kamu ga sekolah yaa ga sekolah PAHAM KAMU" ujar ibu imah dengan nada yang keras dan membentak yang membuat imah tak sanggup lagi menahan butiran air mata yang dari tadi tertahan.

Sementara itu tia yang tahu hal itu hanya bisa diam dan menangis melihat hal yang dia takuti terjadi. Dia tak sanggup melihat adiknya bersedih seperti itu.

*dek aku tahu itu berat dek tetapi kakak mohon maaf kakak ga bisa bantu apa-apa kali ini.* batin tia.

.
.
.
.
.
.
.
Ada ga sih yang sama kayak tia? Yang berhenti sekolah karena orang tuanya klo ada komen yaa
Jangan lupa votenya!!!
Selamat membacaa

Berjuang Di Kaki SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang