ayah pergi

2 1 0
                                    

Badannya ambruk saat dia melihat ayahnya terbaring kaku di kasur depan, kasur pink kesukaan imah. Indra membopong badan imah yang terjatuh. Dia tak kuat hanya untuk berdiri sebentar saja. Dia menatap ayahnya dengan tatapan sayu, ayahnya menatapnya dan tersenyum.

"imah, kamu datang juga nak, ayah sangat merindukanmu, selamat atas kelahiran anak keduamu yaa" ujarnya. Tanpa perlu waktu yang lama imah langsung memeluk sang ayah.

"ibu kenapa, bu tia?" ujar ama kebinggungan.

"ibu tidak apa-apa ama, kamu sama om ahmad ke kamar dulu yaa, kasihan adikmu ma" ujar tia ama mengangguk pelan.

"kamu sudah sejauh ini nak, ayah bangga dengan dirimu, maaf jika ayah belum bisa jadi ayah yang baik yaa, kamu sekarang punya keluarga kecil yang menyayangimu lebih dari ayah menyayangimu sayang" ujar sang ayah yang terbujung kaku di kasur itu.

"ayah, ayah tau ayah adalah ayah terbaik untuk imah, aku belum bisa membahagiakan ayah, jadi jangan pergi ayah, aku mohon tetaplah bersamaku" ujar imah. Dia menangis di samping ayahnya indra berada di sampingnya, tak mau mengganggu momen mereka berdua, dia hanya diam dan memperhatikan imah dengan cinta pertamanya itu.

"ma, kamu sudah memberikan ayah banyak sekali kebahagiaan dan salah satunya adalah kelahiran ama yang membuat hari-hari ayah lebih berwarna, dan yang paling terpenting tak usah memikirkan kebahagian ayah ketika kamu bahagia dan tersenyum lebar ayah sudah pasti bahagia imah" ujarnya dengan menghapus air mata imah.

"ayah belum sempat melihat anakmu imah, bolehkah ayah melihatnya?" ujar sang ayah. Mendengar itu dia berlari ke kamarnya untuk mengambil lion.

"apa yang terjadi kak?" ujar ahmad.

"ayah mau melihat lion dek" ujar imah yang mengendong lion di dekapannya.

"indraa, sekarang dia akan menjadikanmu sebagai rumah yang sesungguhnya, aku mohon kepadamu temani dia dan dengarkan keluh kesahnya setiap hari yaa, jangan pernah lelah untuk mendengarkannya, sebelum ayah pergi ayah titip imah dan ama kepadamu yaa" ujar sang ayah.

"ayah jangan bilang seperti itu, lion baru lahir ayah, apakah ayah tega meninggalkannya padahal ayah sendiri belum melihat, mengendong, dan memeluknya" ujar indra dia mengenggam tangan sang mertua.

"ndra, dalam kehidupan ini ada yang datang dan pergi, jika ada pertemuan pasti ada perpisahankan? Bahkan ada kelahiran dan kematian, jadi jangan pernah salahkan takdir saat perpisahan itu terjadi siapkan itu sebelum semuanya terjadi, ayah hanya titip imah jaga dia baik-baik yaa" ujarnya.

"iyaa ayah" ujar indra. Tak lama imah dan ahmad datang

"ayah, ini lion dia tampan dan mirip dengan ayah kan?" ujar ibu imah.

"iya, di lucu dan cantik persis seperti kamu" ujar ayahnya dengan memegang hidung ama. Di saat-saat seperti ini dia masih saja bisa bercanda.

"dia laki-laki ayah" ujar imah, sang ayah hanya tersenyum tips. Nafasnya tersenggal-senggal semua kaget dan mendekatkan dirinya ke arah salman. Tak lama indra pun menuntun ayahnya untuk bersyahadat. Tak lama setelah syahadat di ucapkan dia pun tersenyum dan menghembuskan nafas terakhirnya.

"ayah....... " teriakan itu pun Mengagetkan ama.

"bu tia itu ada apa? kenapa ibu teriak-teriak" ujar ama. Tia tak bisa menjelaskan apapun dia hanya terisak dan menangis di pelukan ama.
.
.
.
.
.
Hallo pembaca
Terima kasih sudah membaca sejauh ini!!
jangan lupa baca part selanjutnya yaa!! Selamat membacaa

Berjuang Di Kaki SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang