dunia kerja

12 1 0
                                    

Setelah dia memutuskan untuk berhenti sekolah dia mulai untuk langsung bekerja bersama kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dia memutuskan untuk berhenti sekolah dia mulai untuk langsung bekerja bersama kakaknya. dia bekerja di kebun karet dia di ajarkan oleh kakaknya tentang cara mengambil getah karetnya. Setelah diajari dan imah pun sedikit mengerti tentang kerjanya sang kakak pun meninggalkan imah dan membiarkan imah pergi mencari getah karet sendiri.

dia pikir imah aman ketika dia bekerja sendiri dia melakukan tugasnya dengan baik mengambil dan memasukkan getah karet ke dalam embernya. Tetapi tak beberapa lama seorang ibu tua datang menghapiri imah dan berkata

"kamu ini siapa kamu anak baru yaa? Ini wilayah saya sana cari tempat lain, anak baru ga tahu apa-apa nyerobot saja bisanya kamu itu" ujar ibu tua itu dengan mendorong lengan imah. Mendengar itu imah berkata

"bu, ini bukan milik ibu ini tempat bekerja dan saya bisa mengambil di mana pun yang saya mau" ujar imah dengan menatap kedua mata sang ibu sang ibu pun kesal melihat imah yang membantah kata-katanya.

"berani yaa kamu sama saya,saya orang lama di sini kamu orang baru tapi berani-beraninya kamu menetang saya semua orang di sini tak ada yang berani menetang saya tapi kamu anak baru lulus sekolah saja belagu" ujar ibu itu dengan nada amarahnya.

"bu tetapi di mana salah saya bu? Saya hanya menjalankan tugas saya bekerja hanya itu bu" ujar imah.

"BERANI YAA KAMU INI DASAR ANAK BARU AJA BELAGU" ujar ibu tadi. dia hampir saja menampar imah tapi sang kakak menghalanginya.

"bu adik saya di sini masih baru bekerja kalau ada salah di dia beri tau dia dengan baik jangan berkata kasar seperti itu apa lagi mau melukai dia saya kakaknya tak sekali pun saya mau memukulnya tapi ibu siapa berani memukul adik saya" ujar tia dengan memeluk adiknya yang menangis di pelukannya.

"memang dasar kamu anak kecil juga berani lawan orang tua kakak adik sama saja" ujar ibu tadi dengan mengarah pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Sementara itu tia mengarahkan imah ke danau kecil yang tak jauh dari sana. Mereka berniat untuk istirahat dan makan di sana. Imah hanya termenung dan terdiam menatap indahnya danau kecil itu. Sang kakak pergi sebentar untuk mengambil makanan.

"ini mah" ujar tia dengan memberikan roti ke imah. Imah langsung menerima roti ini dan berkata

"makasih kak" ujar imah dia minggir sedikit dan menepuk-nepuk tanah agar kakaknya duduk di situ. Imah memakan rotinya dan minum air putih dan dia berkata

"ternyata kerja berat yaa kak, aku pikir kerja itu ga seberat ini kak,ternyata ayah sekuat itu yaa kak, kerja di kebun seberat ini tetapi ayah kuat, apalagi ayah jadi kuli panggul aku ga bisa bayangin ayah sekuat apa, aku kangen ayah kak" ujar imah tanpa dia ketahui tia menagis sejak tadi dia tak tahu bagaimana dia akan menjelaskan ke adiknya tentang segala hal yang terjadi ini. dia meneguk air terakhirnya dan berkata kepada imah.

"mah hidup di dunia memang tak segampang yang kamu kira tetapi kakak yakin kamu bisa, setidaknya jika kamu tak kuat buatlah alasan untuk kamu tetap hidup" ujar tia.

"maksudnya kak" ujar Imah dia bingung tentang apa yang di jelaskan oleh kakaknya. dia menatap kakaknya dia melihat senyum manis dari kakaknya, tia menarik nafas panjang dan berkata

"singkatnya, hiduplah walaupun rasanya kamu ingin mati setiap hari dan hiduplah bukan untuk dirimu tetapi untuk orang-orang yang membutuhkanmu setiap harinya" ujar tia ia menatap langit seakan-akan langit adalah sebuah ketenangan dia melihat tuhan disana sebuah ketenangan yang tidak tertandingi oleh apa pun.

Imah menganguk pelan dan menatap langit sama seperti yang dilakukan tia.

"kita kembali bekerja yuk sepertinya sudah cukup istirahatnya" ujar tia dengan tersenyum dan berdiri disusul oleh imah dan mereka berlari ke arah perkebunan lain yang tak jauh dari kebun karet mereka berlari dan tertawa sesekali.

"kita kembali bekerja yuk sepertinya sudah cukup istirahatnya" ujar tia dengan tersenyum dan berdiri disusul oleh imah dan mereka berlari ke arah perkebunan lain yang tak jauh dari kebun karet mereka berlari dan tertawa sesekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"dek aku bukan lah kakak hebat yang kamu pikirkan aku rasanya ingin mati berkali-kali tetapi tahu kah kamu? Bahwa alasan ku untuk tetap hidup sederhana aku ingin melihatmu dan keluarga kita tetap tersenyum setiap harinya. Walaupun ibu tak adil tetapi dia tetap ibuku ibu yang melahirkan ku dan mencintai saat aku masih bayi dia memang buruk tetapi aku mencintainya" ujar tia dalam batinnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hallo pembaca kalian masih sekolah apa udah kerja nihh?? Jawab di komen yaa.
Jangan lupa vote!!!

Berjuang Di Kaki SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang