Dua Lensa

2 1 0
                                    

Penulis: Moonichi

Garis alis yang melengkung cekung, sama warnanya dengan potongan rambut yang sepanjang telinga. Setipis sehelai benang dan tersapu lembut kala bertempur dengan angin, sorotnya datar tatkala mengarungi dunia akan riak tanpa guratan apa-apa.

Secangkir kopi di tangannya, menguap yang menyamarkan warna bening dari mata yang ditenggeri sepasang kaca mata kotak dengan ganggang hitam. Jikalau sekali saja dapat didapatinya sorot yang teduh, diyakininya suatu hari, akan menggelora semangatnya kembali untuk mendekati. Tetapi akan sisi pasif yang mendominasi, hanya berdiri ia dari jarak yang tersamarkan dari kesadaran si sosok berkacamata—seenggaknya itulah harapannya—dengan perhatian yang terarah penuh oleh sosok itu.

Uap dari asap kopi dihancurkan selembar sapu tangan, yang membersihkan kaca mata setelah lolos dari apitan kedua telinga. Mata yang selalu ditenggeri 'pembantu' itu tampak alami dan bulat yang berbeda. Sorotnya tidak diketahui, akankah kosong atau seperti biasa, datar seakan menyembunyikan isi pikiran.

Hanya bulu mata lentik di antara pelupuk, lipatan mata bulat yang menandakan bentuknya yang besar, juga pupil yang hanya terfokus pada gerakan tangan membersihkan lensa secara hati-hati. Kopinya ia letakkan di atas meja, dengan asap telah kalah dengan angin yang melenyapkannya.

Ketika kaca mata akan segera dipakai, pergi dirinya dari tempat berdiri beberapa detik yang tentu, memumpuni sosok itu untuk mengenali. Membalikkan punggung, membiarkan punggung menghadap sosok berkaca mata itu, memijak semen yang berhubungan dengan aspal. Bergabung di keramaian. Tanpa menyadari sepasang mata yang dilapisi kaca mata, telah melirik sejak bahu memutar tubuh, mengarah pada posisi yang membelakangi, dengan perhatian yang tersamarkan oleh ketidaktahuan.

NAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang