Polaroid

1 0 0
                                    

Penulis: Hima

Setiap malam, Bara hanya bisa terdiam tanpa suara di dalam ruang kosong yang hanya berisi sejumlah alat musik peninggalan orang taunya 15 tahun yang lalu.

Setiap tust piano yang ia tekan hanya berbunyi nada tak beraturan. Bara terdiam untuk kesekian kalinya sebelum menenggelamkan wajah secara menyeluruh di antara lipatan tangan. Mata coklat gelap itu terbuka lalu menatap sebuah polaroit yang sengaja ia tempatkan di sudut piano, lantas seperkian detik tangisnya kembali pecah dalam keheningan.

"Bara rindu, bunda, ayah. Ba-Bara, ugh—"

NAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang