Bab 1

2.4K 129 22
                                    

"Menikahi seseorang yang tidak pernah ada dalam daftar pasanganmu adalah sesuatu hal yang cukup sulit untuk dilakukan."

Irene masih duduk diam di rooftop J-Hospital

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene masih duduk diam di rooftop J-Hospital. Wanita itu masih berpikir bagaimana caranya untuk menghindari pernikahan yang hanya tinggal menghitung hari.

"Mikirin apa sih neng?" Celetuk Krystal yang tiba-tiba ikut duduk di sebelahnya.

"Minum nih." Ujarnya seraya menyerahkan segelas es americano pada Irene.

"Tumben baik?" Tanyanya curiga.

"Nggak mau ya udah."

"Enak aja." Celetuk Irene seraya mengambil es americano yang mulai dijauhkan darinya.

"Aku kan cuma tanya, bukannya nolak." Irene membela diri sembari menyesap es americano di tangannya.

"Lagian mikirin apa sih? Masih jam 8 pagi lho ini. Bukannya visite malah ngelamun disini. Mentang-mentang direktur." Krystal mencibir sikap Irene yang berubah selama seminggu terakhir.

"Udah lihat berita pagi ini?"

Krystal mengangguk. "Saham J-Group naik kan?"

Irene melirik Krystal dengan tajam. Wanita di sampingnya itu benar-benar tidak berubah padahal usianya sudah 30 tahun.

"Krys, udah pernah dicolok pakai sedotan kopi belum?"

Krystal tertawa lepas saat mendengar pertanyaan Irene yang penuh dengan sorot mata emosi.

"Iya iya tahu. Masalah nikahan kan?"

Irene mengangguk. Ibu jarinya berputar-putar mengikuti pola tutup cup americano yang ada di tangannya.

"Tapi banyak lho Ren sekarang yang nikah sama temen sendiri."

"Ya tapi kan konsepnya mereka jatuh cinta. Sedangkan aku sama Aksara? Boro-boro jatuh cinta, naksir aja nggak." Irene bergidik saat menjelaskan tentang hubungannya dengan Aksara, aktor papan atas yang sering sekali digosipkan berkencan dengannya, padahal hubungan mereka tidak lebih dari sahabat baik.

"Ya udah sih jalanin aja dulu. Siapa tahu nanti cocok."

Irene mengarahkan lirikan tajamnya ke arah Krystal, tentu saja manusia di sisi kanannya itu sedang berpura-pura tidak mengetahui bahwa Irene memberinya tatapan tajam.

"Gampang banget itu mulut kalau ngomong."

"Ya gimana? Masa mau nolak? Emang kalau nolak situ ada calon suami? Nggak ada kan? Terakhir aja dapat laki yang brengseknya gak ketulungan." Cibir Krystal dengan wajah kesal, membuat Irene tidak bisa mengelak karena memang dia pernah sebodoh itu.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang