Sepuluh

1.3K 267 20
                                    

Karena pikirannya sendiri sedang kacau, Winda tidak menolak sewaktu pagi itu Kemala memintanya untuk datang ke Kembang Lawang. "Mulai sekarang kamu akan jadi asisten Giri."  Begitu titah Kemala ketika Winda mengantar sarapan pagi bagi atasannya itu.

Beberapa hari belakangan, Kemala memang mengeluhkan bahwa badannya terasa meriang. Cuaca bisa saja menjadi penyebabnya, karena belakangan mendung atau gerimis kecil sempat membasuh Pamulang walau tidak lama. Namun dampaknya benar-benar terasa bagi tubuh.

Cuaca yang tidak menentu bisa jadi membuat pertahanan tubuh melemah. Seperti yang sedang dialami Kemala belakangan ini.

Winda sama sekali tidak bisa membantah atau menolak permintaan konyol itu. Dirinya berada di sini untuk menjadi asisten Kemala. Bukan untuk menjadi karyawan dari lelaki mengerikan itu. Tapi dirinya bisa apa? Selain menuruti perintah majikannya itu. Meski ia tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya  perlakuan Giri padanya.

Sepertinya lelaki itu punya tendensi untuk tidak menyukainya sejak awal. Dia tidak tahu kenapa. Yang jelas, Winda sendiri juga mempunyai perasaan yang sama. Dia juga tidak tertarik mendekati pria mana pun. Apalagi itu adalah Giriandhana Jati.

Katakanlah dia punya wajah yang menarik. Uang segambreng. Dan tentu saja mapan, meski tidak ganteng sekali seperti Tomi Sadewa, mantan suaminya dulu.

Tomi punya wajah tampan setara dengan para pemain FTV. Kulitnya pun putih bersih berkat produk perawatan kulit yang selalu dipakainya untuk menjaga agar penampilannya selalu menawan. Sementara tubuhnya ramping cenderung kurus, walau bagian perutnya sudah agak membuncit akibat kebiasaan minum- minum yang tidak berguna sama sekali itu.

Sementara Giri adalah perwujudan dari kata Rahwana. Tinggi, besar, dan berwajah serius. Meski tidak tampan, dia punya kharisma dan aura mengintimidasi.

**

Winda mengenakan kemeja warna putih dan pleated skirt panjang warna peach. Senada dengan pasmina yang membungkus kepalanya. Sepasang kakinya terbungkus dalam stoking warna putih dan sneakers dengan warna senada. Di pergelangan tangannya hanya melingkar sebuah jam tangan bertali putih.

Kemala meminjaminya Honda Civic untuk meluncur ke Kembang Lawang pada pukul sepuluh pagi itu. Winda sampai di Kemang sekitar jam makan siang. Saat tempat itu sedang penuh oleh pengunjung yang sedang menunaikan misi suci mereka: makan siang.

Dengan penuh percaya diri sekaligus nekat, wanita itu naik ke lantai tiga. Rupanya Nindi sudah mondar- mandir di lorong ruangan dengan wajah gelisah. Dan begitu melihat sosok Winda, ia langsung mendesah lega. Kemudian menyongsong wanita itu. "Kok baru datang sih, Win? Pak Giri sudah nungguin dari tadi."

Winda bengong. "Nungguin?"

"Ya. " Nindi mengangguk. "Tadi Bu Mala nelepon gitu. Dia bilang kamu bakalan diperbantukan sampai waktu yang nggak ditentukan." Lapor Nindi. Separuhnya gadis itu juga mencari kepastian di wajah Winda. Apakah benar yang didengarnya dari Mala tadi.

Kalau pun benar, sesungguhnya Nindi merasa akan bersyukur. Karena sedikit banyak dia tidak akan menanggung omelan bos seorang diri.

Tentunya sebagai asisten Giri, keberadaan Winda akan lebih dekat dengan lelaki itu ketimbang Nindi yang kemungkinan besar hanya akan menyelesaikan tugas administrasi dan tugas-tugas sekretaris pada umumnya.

Selama ini, tugas Nindi bisa sangat random. Kadang membeli alat tulis buat Giri. Kadang juga diminta buat beli kemeja. Lain waktu dia diminta buat cari kado untuk partner bisnis Giri juga.

Sekarang setelah ada Winda, kemungkinan ia bisa sedikit bersantai. Meski begitu, ia tetap merasa was-was. Karena segala sesuatunya tentang bos Giri serba tidak pasti.

It's Start With Broken Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang