Sembilan Belas

1K 273 35
                                    

Hari itu, akhirnya Winda menyibukkan diri untuk membuat donat kentang. Perempuan itu sedang  berusaha untuk mengalihkan pikirannya dari masa lalu yang mendadak kembali membelitnya lewat mimpi yang sudah lama tidak datang mengganggu.

Apakah itu berarti tandanya dirinya sedang ada dalam bahaya?

Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, Tomi kembali hadir dan menghantuinya lewat mimpi buruk.

Padahal selama ia kabur ke Jakarta, Winda sudah optimis bahwa ia tidak akan didatangi mimpi tersebut. Namun rupanya ia keliru. Masa lalu itu kembali mengepungnya dalam bentuk bayangan yang terasa nyata.

Ia sudah berkutat di dapur sejak jarum jam menunjukkan angka sebelas. Hingga beberapa jam kemudian ia sibuk menguleni adonan,  parting, proofing, hingga akhirnya menggoreng donat tersebut ketika jarum jam sudah bertengger di angka tiga.

Total empat lusin ia buat. Dia sudah membagi-baginya ke dalam kotak-kotak. Satu kotak berisi enam donat yang akan ia bagikan pada Mala, Tini, Yuni--- yang sekarang tinggal di Gading Serpong--- lalu kemudian mungkin buat---

Ah, Winda ragu untuk mengantar ke kantor Giri di Kemang. Apa mungkin pria itu mau memakannya? Dia tidak mau dicap terlalu ganjen. Meski seharusnya hal itu sah-sah saja, mengingat Giri adalah suaminya yang sah.

Gadis itu mendengus karena bingung. Pada akhirnya, dengan menggunakan sedan Civic, yang sudah disiapkan Giri untuk Winda kalau ingin pergi-pergi, perempuan itu memutuskan untuk membawa sisanya ke Kembang Lawang.

Ah, di sana juga ada Nindi kok.

Winda tertawa ketika mengingat dirinya memposting bahan-bahan untuk membuat donat tadi. Kebiasaan ketika masih di Subang dulu. Jika ingin menambah penghasilan, Winda yang lumayan jago bikin donat dan kue-kue tradisional seperti talam, putu ayu, dadar gulung, serta lapis, juga kerap memotret dan mengunggah hasil bikinannya itu di media sosial yang ia punya. Hasilnya, banyak teman-teman pabriknya yang memesan kue-kue bikinan Winda. Terutama donat kentangnya.

Nindi tadi sempat berkomentar, menanyakan apakah Winda ingin membuat donat kentang?

Kok kamu tahu?

Ibu aku juga kalo bikin donat kentang bahannya itu kok.

Hmmm, dia memutuskan bahwa ia akan menyukai sekretaris suaminya itu.

***

"Pengantin baru kok galau sih. Nggak zaman tahu!" Ardha dan Bagas yang datang ke Kembang Lawang sore itu meledek Giri yang sedang asyik melamun di atas rooftop. Dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, dan menghadap ke arah matahari tenggelam.

Giri hanya melempar lirikan kesal sejenak, sebelum kembali mengamati awan gemawan yang berarak di langit jam empat sore. Sebenarnya tidak terlalu menyenangkan dengan panas matahari yang menyengat kulitnya. Tapi itu adalah satu-satunya cara supaya dirinya tetap terjaga.

Seharian ini, ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Memikirkan tentang perempuan yang kini menyandang status sebagai istrinya, yang saat ini Giri tidak tahu apa yang tengah dilakukan perempuan itu saat ini.

Tadi Nindi mengatakan bahwa perempuan itu sedang membuat donat. Dan tiba-tiba saja, dirinya jadi ingin tahu apa aktivitas sehari-hari perempuan itu setelah menyandang status sebagai istrinya?

Apakah ia betah berada di apartemen? Apakah ia merasa bosan karena hanya berdiam di rumah saja? Apa selain Yuni dia punya teman di Jakarta? Atau yang paling ngawur adalah apakah Winda masih memikirkan mantan suaminya?

It's Start With Broken Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang