"Pak, ada Mbak Rasmi di gazebo." Nindi memberitahu melalui telepon. Takut dipelototi oleh atasannya yang sejak pagi tadi, mukanya sudah muram.
Nindi tahu betul apa tujuan perempuan bernama Rasmi Salina itu muncul di Kembang Lawang, padahal proyek membangun area outdoor sudah selesai sejak lima bulan yang lalu. Tidak lain dan tidak bukan, karena perempuan berusia 28 tahun itu naksir berat pada bosnya.
Tapi Nindi sih tidak mau memikirkan hal itu lebih lanjut. Karena saat ini itu bukan lagi sesuatu yang menarik baginya. Padahal, dulu ketika si bos masih jalan dengan mantan kekasihnya yang cantik bak model itu, dia selalu kepo. Apakah hubungan mereka akan berakhir di pelaminan?
Semua staf Kembang Lawang menyukai Davinsha Lalitavistara yang kemudian malah dikalahkan oleh sosok nenek lampir bernama Diajeng Melitha Arini Cokrosusilo yang sok itu. Walau memang penampilan perempuan itu lebih berkelas, dengan berbagai barang branded yang menempel di tubuhnya, hanya saja Nindi merasa risi, setiap perempuan itu menjadi lebih sering muncul di Kembang Lawang pasca dinikahi oleh bosnya.
Dan kini, setelah agak bisa bernapas lega dari Melitha, datanglah Rasmi Salina Ayuningtyas. Sebenarnya dia juga cantik. Dibilang cocok, ya memang cocok bersanding sama si bos yang bagi Nindi sangat hopeless romantic itu. Nindi dan Icha, salah satu PR jaringan restoran itu sudah menebak bahwa Giri akan memilih kehidupan selibat seperti seorang biksu, mengingat sepertinya Giri tidak akan pernah bisa move on dari Davinsha.
"Rasmi? Saya kan nggak ada janji sama dia, Nin."
"Saya juga nggak tahu, Pak. Katanya dia mau ketemu Pak Giri."
"Kamu nggak bilang kalau saya lagi banyak kerjaan?" pertanyaan Giri terdengar seperti bukan pertanyaan, melainkan ancaman. Huh. Sebenarnya Nindi ini kerja sama gangster atau bagaimana sih? Dikit-dikit mesti sport jantung, kalau dengar suara Giri yang rendah tapi mengancam itu. "Bu Rasmi bilangnya kalau ini penting, Pak." Nekat saja Nindi nyerocos.
Sebab, Rasmi tadi juga maksa banget mau ketemu bosnya. Sewaktu ditanya ada keperluan apa, Rasmi cuma bilang bahwa ini penting.
Penting. Apanya yang penting sih? Palingan juga cuma mau ngobrol nggak ada juntrungan. Yang ujung-ujungnya cuma buang-buang waktu saja.
Sudah jelas-jelas kalau Bos Giri tidak tertarik menjalin hubungan yang lebih dari sekedar klien dengan desainer interior, tapi perempuan itu sepertinya punya muka badak. Maju terus dan tidak paham kalau dirinya ditolak secara halus.
"Pak, pokoknya Bapak keluar aja deh. Saya nggak mau ngusir Bu Rasmi . Salah-salah saya yang didamprat!"
"Anindita Salindri, yang bos kamu itu saya apa dia?"
"Iya, Pak." Mulut gadis 26 tahun itu mengerucut sebal. Hih! Selalu saja begini. Dia dijadiin bemper buat ngelindungin bos. Mending kalau gajinya ditambah. Ini sih yang ada dia dijadiin bola pingpong. Oper sana oper sini. "Saya tanganin dia deh."
Sambungan pun terputus. Nindi segera merapikan penampilannya. Setelah ini dia mau pasang papan pengumuman di depan pintu masuk restoran kalau Bosnya sedang tidak berada di tempat. Merepotkan saja.
****
Sebenarnya, hari ini Giri sedang tidak terlalu sibuk. Hanya saja dia malas menemui perempuan bernama Rasmi itu, yang buntut- buntutnya akan berujung dengan terjebak drama.
Minggu lalu, perempuan itu juga meminta Giri untuk menemuinya, dengan dalih mengajak makan siang, dan yang terjadi setelahnya sungguh membuat lelaki itu merasa amat menyesal. Tadinya, lelaki itu menyangka kalau perempuan itu sedang butuh bantuan Giri. Tapi ternyata perempuan itu hanya ingin mengobrol tentang pernikahannya yang gagal dan terus terang saja, setelah deretan drama yang melelahkan dalam hidupnya, Giri tidak membutuhkan masalah baru yang dimulai oleh sebuah omong kosong berkedok curhat.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Start With Broken
RomanceSetelah perceraiannya dengan mantan suami yang abusive, Arawinda Niwatasari berjuang untuk memperbaiki hidupnya lagi. Dia menjadi seorang asisten pribadi bagi seorang perempuan di kursi roda. Hanya saja, sang perempuan mempunyai adik yang sangat men...