Setelah menyelesaikan perkara hutang dengan keluarga Tomi, Giri menyampaikan niat untuk menikahi Winda. Namun Pak Kardiman hanya acuh tak acuh. Dan hal itu ternyata membuat segalanya jauh lebih mudah.
Sementara ibu dan nenek Winda merasa sangat senang. Mereka melihat sosok Giri meski seperti Rahwana, namun dinilai bisa menjadi penjaga dan pelindung anak perempuannya. Sementara itu, Sarah kagum dengan calon kakak ipar baru yang banyak sekali memberinya oleh-oleh dan juga uang untuk dia jajan.
Hanya Kang Arman yang masih perlu untuk meyakinkan bahwa Giri layak untuk adik perempuannya. Maka dari itu, lelaki berusia tiga puluhan itu meminta Giri untuk mengobrol dengannya di halaman belakang rumah. Tepatnya di samping pabrik tahu.
Malam itu, Arman terpaksa meliburkan kegiatan lembur. Belakangan banyak pesanan tahu Sumedang untuk dijajakan di stasiun, terminal dan jalan lingkar. Keduanya duduk ditemani sepiring singkong goreng dan kopi hitam.
"Winda itu pernah gagal, Mas." Kang Arman memulai, setelah mereka hanya saling basa-basi mengobrol tentang Subang, nanas madu, dan potensi ekonomi di daerah itu.
Secara pribadi, Arman cukup menyukai Giri yang paling tidak punya otak cemerlang untuk diajak ngobrol. Dia dulu bahkan jarang mengobrol dengan Tomi karena minat mereka jelas-jelas berbeda. Tomi menyukai segala sesuatu yang mudah. Balap motor, nongkrong di warung dan main gim dengan teman-temannya yang urakan itu.
Sementara Arman yang adalah anak sulung dengan tiga orang adik perempuan dan ayah yang tidak selalu berpikiran lurus, berusaha menjadi sosok pemimpin yang paling bisa diandalkan dalam membimbing adik-adiknya. Menggantikan peran sang ayah yang lebih banyak melantur dan jarang fokus.
Pak Kardiman selalu bermimpi untuk bisa mempunyai perusahaan besar itu terkadang malah kurang fokus dengan apa yang ada. Bahkan bisa dibilang, lelaki itu terlalu ambisius. Sikap ambisiusnya itu membuat pabrik mereka sempat menanggung kerugian akibat melonjaknya harga-harga bahan pokok pembuatan tahu dan tempe; kedelai.
Bahan baku yang mereka gunakan masih kedelai yang sebagian besar adalah impor dari luar. Yang jika dolar melonjak dan rupiah melemah, tentu saja hal itu membuat pengusaha kecil seperti mereka harus putar otak sampai kram. Antara membeli bahan baku, membayar upah pekerja dan lain sebagainya membuat usaha mereka hampir tidak mendapatkan untung. Cukup untuk membayar upah pekerja saja sudah untung.
Masalahnya, saat itu Pak Kardiman juga punya ambisi lain untuk berbisnis tanah yang modalnya tentu saja besar. Hingga uang tabungan yang seharusnya untuk jaga-jaga bila ada kondisi darurat, ikut terpakai dan hal itu membuat Arman pusing mencari solusinya.
"Saya sebenarnya dulu tidak mengizinkan Winda menikah muda. Tomi sudah meliriknya sejak adik saya masih sangat muda. Tomi ingin segera menikahi Winda, namun adik saya itu berkeras untuk lanjut kuliah. Dia akhirnya hanya kuliah sampai D3. Cuma itu yang bisa keluarga saya kasih sebagai modal untuk dia. Dan pada akhirnya hal itu membuatnya menderita." Terang Arman.
Giri hanya diam dan mendengarkan. Pernikahan dini memang lumrah terjadi di daerah-daerah. Terkadang itu karena perjodohan yang sudah dirancang kedua belah pihak. Atau terkadang bisa saja kemauan yang bersangkutan sendiri.
Terus terang saja, dulu Giri sempat berasumsi bahwa Winda tidak tahan untuk segera menikah dengan pacarnya. Winda sangat cantik. Dan setelah melihat Tomi sekilas ketika mengantar Arman ke rumahnya, Giri tahu bahwa Tomi adalah tipikal pemuda yang gampang mematahkan hati banyak gadis tanpa berpikir.
"Sekarang, setelah tahu keadaannya begini, apa Mas Giri masih mau melanjutkan lamaran pernikahan ini?"
Sebagai jawabannya, Giri mengangguk mantap. Sebagai lelaki, Giri tidak pernah ragu tentang keputusan yang sudah ia ambil. Ia hanya menyesali keputusan untuk tidak mempertahankan Davinsha di sisinya saat seharusnya ia memenuhi janjinya untuk menikahi wanita itu dan malah berjanji untuk menikahi Melitha karena trauma melihat kakaknya yang pernah mengalami hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Start With Broken
RomanceSetelah perceraiannya dengan mantan suami yang abusive, Arawinda Niwatasari berjuang untuk memperbaiki hidupnya lagi. Dia menjadi seorang asisten pribadi bagi seorang perempuan di kursi roda. Hanya saja, sang perempuan mempunyai adik yang sangat men...