Tiga Puluh Tiga

3.9K 528 57
                                    

Minggu ini digunakan Giri untuk menyelesaikan pekerjaannya yang terbengkalai akibat ditinggalkan untuk honeymoon kemarin.

Giri juga sudah meminta Nindi untuk cuti beberapa hari. Bahkan memaksanya pulang ke Bogor. Lelaki itu sudah menganggap Nindi seperti seorang adik. Selama dua tahun mendampingi Giri sebagai sekretaris, Nindi belum pernah mengecewakan bosnya itu.

Meski terkadang gadis itu juga sering bertindak konyol.

Hari itu dihabiskan Giri dengan mengecek ulang pekerjaan yang sudah dimandatkan pada Nindi. Ada beberapa berkas yang harus dicek ulang oleh Giri. Ada beberapa proposal pengajuan pembelian inventaris yang harus dipelajari lalu didiskusikan dengan bagian keuangan manajemen Kembang Lawang.

Untuk hal- hal semacam ini, Giri tidak bisa sembarangan. Tidak bisa gegabah. Dia pria menikah sekarang. Giri harus menghidupi seorang istri. Barangkali satu atau dua tahun ke depan dia juga akan punya satu atau dua anak. Semuanya memerlukan biaya. Semuanya memerlukan persiapan yang matang. Jangan sampai ketika nanti sudah ada anak, Giri malah keteteran.

Dia memang punya banyak tabungan dan asuransi. Punya segudang aset yang mungkin saat ini menjanjikan kehidupan nyaman untuk dirinya dan Winda. Hanya saja, ke depannya siapa yang tahu?

Belakangan dunia bisnis agak mengalami goncangan. Banyak pengusaha melakukan efisiensi alias perampingan alias PHK masal. Kalau tidak hati- hati, Kembang Lawang akan mengalami hal serupa. Dan Giri tidak ingin hal itu terjadi.

Sebagai pengusaha, beban yang ditanggung Giri justru sangat banyak sekali. Saking banyaknya, sampai-sampai hal itu sempat membuat lelaki itu malas ke kantor karena terbayang betapa rumitnya benang yang harus dia urai.

Hal itu terjadi ketika dia terpaksa menutup dua restorannya di Kediri dan di dua Mal kawasan Jakarta Utara. Tadinya Kembang Lawang mempunyai 60 cabang.

Penutupan dilakukan karena di tiga cabang itu jumlah pemasukan tidak sesuai dengan biaya operasional restoran, sehingga menjadi beban bagi manajemen Kembang Lawang.

Sebagai gantinya, Giri mencoba berekspansi ke Bali. Dan hasilnya benar- benar menguntungkan. Sesuai ekspektasi Giri dan tim manajemen Kembang Lawang.

***

Giri sengaja ingin menunda pertemuannya dengan bagian manajemen untuk membicarakan beberapa hal. Berkas di atas mejanya sudah menumpuk. Menunggu untuk dievaluasi atau ditandatangani.

Nindi sengaja menulis di post it yang ditempelkan di monitor komputernya. Warna post it nya sungguh menyakitkan mata. Kuning gonjreng, coba!

Membuat Giri mau tak mau jadi terganggu juga. Dia cabut kertas itu dari monitor. Tulisannya ; Pak berkasnya jangan dianggurin. Dibaca, Pak. Dibaca. Trus ditandatangani. Jangan dibiarin mangkrak.

Dasar sekretaris kurang ajar. Tapi biarpun begitu, Giri sudah menganggap Nindi seperti adik sendiri. Selama dua tahun ini, gadis itu memang terkenal punya banyak tingkah. Tapi semua pekerjaannya beres dan Giri cukup puas.

Pukul dua siang nanti orang dari Lazuardi biro desainer interior dan lanskap yang direkomendasikan oleh Bagas kepadanya akan datang. Giri sengaja minta bantuan seorang desainer interior untuk mewujudkan tempat kencan impian bersama Winda. Dia bahkan sudah meminta chef Kembang Lawang untuk memasak hidangan khusus untuk dua orang. Dia juga sudah memesan dessert. Juga beberapa kejutan.

Kalau dipikir- pikir, sebelumnya Giri tidak pernah punya ide untuk merancang sebuah kencan. Bahkan dia sendiri tidak tahu apa faedahnya berkencan. Hubungannya dengan Davinsha dulu tidak diawali dengan berkencan. Tapi dengan ah... sudahlah.

It's Start With Broken Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang