(54) This is Love

12 5 0
                                    

With or Without You : Kita belum usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

With or Without You :
Kita belum usai.

Makasih udah perjuangin mimpi kamu sendirian

Vanessa membawa lembaran kertas ke ruang keluarga dimana ada Veroz disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanessa membawa lembaran kertas ke ruang keluarga dimana ada Veroz disana. Veroz juga sama sama memegang dokumen di tangannya menatap Vanessa dengan jutaan tanya di matanya.

"Abang ini apa? Bisa jelasin sama Eca?"

"Eca juga jelasin sama Abang ini apa?" kata Veroz sambil menunjukkan kertas di tangannya.

"Eca yang nanya duluan, jadi Eca yang harus dapet jawabannya duluan. Surat apa ini? Kenapa ada sangkut pautnya sama polisi, Abang abis laporin apa?"

Veroz terdiam sejenak kemudian ia rebut dokumen itu dari tangan Vanessa.

Karena Veroz yang diam, membuat Vanessa geregetan dan ingin terus mencecarnya dengan pertanyaan, "Jujur sama Eca, apalagi itu udah bawa bawa nama Eca tanpa Eca ketahui."

"Ada akun yang fitnah kamu, nyebarin berita bohong tentang kamu. Abang percaya kamu gak kayak gitu jadi Abang laporin posting itu," jawabnya.

"Jadi selama ini Abang udah tau soal akun itu? Kok gak bilang Eca?"

"Iya Ca maaf Abang gak bilang karena Abang tau kamu lagi fokus-fokusnya belajar. Abang takut banget kalo berita itu ganggu kamu."

Vanessa diam mematung, tatapannya kosong mendengar jawaban Veroz. Vanessa banyak bertanya pada dirinya sendiri, apakah hanya Vanessa yang tidak tau?

Vanessa mengakui kalau dirinya sedang sangat fokus belajar bahkan jarang membuka ponsel apalagi sosial media demi targetnya tercapai. Tapi Vanessa tau jika sosial media sudah berjalan seliar itu memberitakan mengenai dirinya. Komentar dan pesan masuk pun tak pernah Vanessa baca sebelumnya.

"Abang gak bisa diem aja liat kamu digituin, Abang lagi pertaruhkan semuanya buat nyari bukti yang kuat buat bela kamu."

Tanpa ia sadari ada tetesan air mata yang menetes, mengharukan, cukup menyentuh hatinya. Bagaimana keluarga mengambil peran penting dalam kehidupannya. Membelanya, saat ia sendiri tidak meminta untuk dibela.

Saat banyak orang pergi, saat banyak orang hanya diam tapi bagian dari keluarga mu tidak diam begitu saja. Mereka menaruh percaya yang amat hingga mereka berani melakukan apapun untuk mendapatkan keadilannya.

Saat semuanya sudah berpaling tapi keluarga mu tetap di sisimu, menerimamu dengan banyak kurangmu, percaya padamu maka rasanya semuanya akan baik-baik saja. Dari perjalanan panjang hidupnya,  Vanessa baru merasakan oh ini rasanya pulang ke rumah yang disebut keluarga.

"Akun yang komen hujat di postingan kamu juga bakal Abang laporin, mereka jahat jahat mereka gak tau kamu tapi mereka bisa komentar kayak gitu."

"Gak usah, akun yang posting aja yang dilaporin. Komentar hujatan gak pernah Eca baca, gak pernah Eca lihat."

"Abang curiga sama Athlas Ca makanya kalo Abang gak bisa jemput, Abang berusaha titipin kamu sama Drax biar kamu gak sama Salman. Dia ada kaitannya sama Athlas Ca, Abang takut kamu kena imbasnya."

"Tenang aja, Eca sama Salman udah asing. Salman udah ngejauh dari Eca."

Veroz sempat terdiam menatap Vanessa, pikirannya langsung kepada Drax. Veroz langsung tau ini kerjaannya Drax.

"Bagus kalo gitu."

Setelah saling terdiam beberapa saat Veroz menghela nafas, kembali menunjukkan map dengan kertas di tangannya.

"Caaa kamu daftar beasiswa?" tanya Veroz dan Vanessa mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu belajar habis-habisan buat dapetin itu? Kenapa? Kamu bisa kok kayak temen-temen yang lain kuliah dibiayai kita. Semampunya kamu aja, jangan dipaksa kita gak ada yang maksa kamu kok."

"Papah gak bisa kuliahin kita di waktu yang bersamaan. Kita cuman beda setaun Bang, uang Papah gak akan cukup belum bayar sewa rumah sama kebutuhan rumah lain."

"Abang bisa kerja, kamu kuliah."

Vanessa menggeleng, "Abang harus kuliah juga, Eca masih kesel sama Opa. Kita harus nunjukin ke Opa tanpa privillage Opa pun kita bisa sekolah terus kuliah sampe lulus. Biar nanti Opa liat kita sukses tanpa campur tangan dia. Dan kalo suatu saat dia butuh gak akan Eca bantuin."

"Caaa kamu harus hidup dengan baik tanpa tekanan kamu harus nikmatin hidup kamu kayak dulu."

"Abang gak usah khawatir, Eca gak tertekan, Eca menikmati perjalanannya, Abang apresiasi aja kerjanya Eca. Eca udah susah payah biar bisa masuk kriteria beasiswa di Sma 1 Mentari karena gak ada yang percaya kalo Eca ikut sama Papah dan gak punya apa apa. Eca beraniin diri buat telepon Opa lewat sekertarisnya depan guru cuman biar guru denger kalo Opa dan keluarga udah angkat tangan dan gak akan biayain Eca lagi."

Mata Veroz berkaca-kaca menatap adik bungsunya sudah besar, sudah bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

"Caa ... makasih udah kuat perjuangin mimpi Eca walaupun sendirian."

Vanessa luruh mendengar kalimat dari Veroz. Air matanya kian mengalir, Vanessa satu tahun yang lalu tidak tau jika tahun ini Vanessa harus berjuang keras. Vanessa satu tahun lalu tidak tau jika langkahnya seberat ini untuk mendapatkan beasiswa. Vanessa satu tahun yang lalu masih berfikir jika dia bisa kuliah ke luar negeri dengan biaya pribadinya.

"Makasih Eca udah bertahan kuat sejauh ini. Bertahan di rumah yang kosong, hampa ..."

Vanessa menggeleng langsung menghampiri Veroz sambil menangis memeluknya.

"Eca lebih suka rumah ini, sekalipun gak sebesar rumah lama tapi rumah ini gak ada Opa di dalemnya."

Veroz mengelus rambut Vanessa lembut, "Maaf ya Abang gak bisa bantu apa apa"

Veroz mengelus rambut Vanessa lembut, "Maaf ya Abang gak bisa bantu apa apa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
With or Without You : Kita Belum Usai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang