Oh, iya! Untuk kata tertentu dalam bahasa lain, terjemahannya bisa dilihat di komentar paragrafnya langsung, ya😘👌
Ini chapter kesukaan saya hihihi😁
Eh tapi gajadi, soalnya semua chapter saya suka😋☝️Happy reading❤️
Hope you enjoy the story!✨›
»»»»»Urokodaki Sakonji membawa mereka berlari tanpa henti melintasi hamparan sawah yang seolah tak berujung. Dari panas terik yang membakar ubun-ubun, hingga semilir sejuk angin sore, tiada tanda-tanda untuk akhir dari perjalanan mereka.
‘Gini amat, sampe mati rasa ni kaki.’
“Kapan nyampe si, lama banget anj-”
Gadis bermahkota pink mendumel jengah, menjaga suaranya tetap lirih saat mengumpati keadaan.Meski keluhannya sepanjang jalan kenangan, dia tetap memacu kakinya untuk bergerak konstan. Berlainan dengan keadaan rekannya yang setia berlari tanpa sepenggal komentar pun.
Mereka tiba di kaki Gunung Sagiri ketika senja meraja di cakrawala. Memulihkan kakinya yang gemetaran, dia melirik pemuda di sisinya. Kondisinya jauh lebih parah.
Tanjirou membungkuk dalam, susah payah mengatur irama napasnya. “Haah... Apa dengan ini, hhh... Kau dapat mengakui kami?” Suaranya hilang timbul, hampir memudar terbawa angin.
(Name) menggenggam pengait di bahunya seraya memandang prihatin ke arah pemuda beranting hanafuda. Tubuhnya turun setengah berlutut, memindahkan keranjang Nezuko ke atas tanah. Di tengah perjalanan tadi, gadis itu sengaja mengambil alih keranjang guna meringankan beban Tanjirou.
Kesian ges larinya makin lambat, jadi mbak (Name) berinisiatif menawarkan (memaksakan) bantuan.
Menggeser pintu kediaman, Urokodaki berujar tiba-tiba, “Ujiannya baru akan dimulai.”
Pria itu melonggarkan simpul di belakang kepala, menarik jatuh kain putih polos, hingga menampakkan rambut keperakan yang dipotong pendek.
“Kita akan mendaki gunung.”
Pengumuman itu disambut pekikan kaget Tanjirou, mata merah tua melebar tak percaya.(Name) berdecak malas, jemarinya bergerak menyisir helaian merah muda ke belakang. Menyerahkan keranjang bambu, dia menanti rekannya mengistirahatkan sang adik di dalam ruangan beratapkan susunan jerami.
Sepasang remaja membayangi langkah Urokodaki, melintasi jalur terjal Sagiri Yama. (Name) mendeteksi keberadaan udara kian menipis, berbanding lurus terhadap posisi mereka yang semakin jauh dari kaki gunung.
Pasokan udara yang kurang di paru-paru, berdampak langsung pada langkahnya yang kian berat dan lambat. Bulan bertakhta tinggi, menandai malam semakin larut.
Pria bertopeng tengu mengerem tanpa peringatan. Sekian detik berselang, dia menginstruksikan, “Mulai dari sini, kalian harus turun sampai ke kaki gunung.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sukuna no Musume [Kimetsu no Yaiba]
Fanfiction[Kimetsu no Yaiba x Reader] . . . "Gimana rasanya pindah ke alam yg banyak belisnya, neng?" "Gacor, kang!" - Ryoumen (Name) . . . Bercerita tentang seorang gadis yang merupakan putri dari Ryoumen Sukuna. Hah? Raja Kutukan punya anak?? Rill kok ini...