Ok, setelah chapter sebelumnya yg ugal-ugalan dan cuma berisi topik main-main, maka terbitan Twilight Dialogue!
Jujur aja, ini chapter yang bikin saya jatuh cinta sama vibes nya berulang kali hihihi😆💘
‹
Oh, iya! Untuk kata tertentu dalam bahasa Jepang, terjemahannya bisa dilihat di komentar paragrafnya langsung, ya😌👌
Happy reading❤️
Hope you enjoy the story!😉›
»»»»»Tatkala senja mulai meraja di bumantara, lembayung jingga melingkupi buana, berikan kesan magis di momen peralihan masa.
Sepasang murid mantan Hashira Air berjalan lunglai melintasi jalan setapak yang membelah bentangan ladang, melawan rasa lelah di seluruh sistem tubuh.
‘Duh Gusti... Kapan nyampe sih, jauh amat.’ Membatin putus asa, gadis bernetra merah delima melempar lirikan teruntuk sang rekan yang kondisinya jauh lebih parah.
‘Ini Tanjirou cosplay aki-aki apa begimana?’
Ngaca dulu dek, cara jalanmu yang macam zombie itu jangan dikira bikin kau keliatan lebih baik🥲Bertumpu pada tongkat darurat di tangannya, Tanjirou meratap lirih, “Gomen ne, Nezuko.”
Alis gelap yang terajut sempurna mengernyit keheranan. Memperlambat langkah, (Name) melempar tanya, “Nande? Apa kau kesal? Alih-alih menjawab, mereka hanya menyerang dan berupaya membunuh kita.”
Gadis itu menyodorkan kenyataan belaka di mukanya. Tak sekali pun para iblis memberi respons seperti yang dia harapkan. Atau, atau lebih karena kesempatan itu tak pernah ada-
Mengusir asumsi negatif dalam benak, Tanjirou mengajukan penyangkalan. “Tidak. Ini lebih seperti... Aku menyesal. Seharusnya aku berusaha lebih keras lagi.”Decakan singkat lolos dari bibir merah muda. Melirik rekannya, sang nona kehabisan kata. “Kau terus menyalahkan diri. Bahkan, aku ragu apakah mereka benar-benar mengerti apa yang kita tanyakan,” ungkapnya dengan nada hambar.
Memandang seekor pipit yang terbang rendah dengan kicauan ringan, iris merah tajam beralih memantau kondisi rekannya. Pemuda itu berjalan kian lambat dan terseok, mengundang keprihatinan (Name).
“Kau yakin tak mau digendong?” tawarnya dengan nada simpatik.
Membalas kontak mata, pemuda beranting hanafuda memberi penolakan halus, “Shinpai nai, (Name)-chan. Aku masih kuat berjalan.”
Merasa skeptis, (Name) melipat kedua lengan di depan dada. Matanya tak lepas dari pergerakan Tanjirou yang semakin goyah, hingga berujung tersungkur di atas kerasnya sebidang tanah.
“Lihat, sekarang tidak lagi,” ujarnya, melukis seringaian nakal.
Mengambil posisi jongkok, dia menyelipkan lengannya ke bahu Tanjirou. Tubuhnya bangkit, berjuang menyesuaikan diri dengan beban baru seraya berkata, “Nah, bagaimana kalau begini saja?”
Cengiran gadis itu melebar kala mendengar helaan napas yang berat disusul kalimat, “Baiklah, semoga aku tak merepotkanmu.”
Oke, ini sedikit di luar ekspektasi. Mengapa Tanjirou masih segan, bahkan untuk menerima pertolongan darinya? Apa kebersamaan mereka sejauh ini belum cukup?
Eaa Mbak (Name) mode kecewa bro😩🙏
‘Gausah drama anj,’ umpatnya pada diri sendiri.
Simpel aja, ni anak lagi menyangkal emosinya, yang berujung pergelutan batin🗣️🚫❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sukuna no Musume [Kimetsu no Yaiba]
Fanfiction[Kimetsu no Yaiba x Reader] . . . "Gimana rasanya pindah ke alam yg banyak belisnya, neng?" "Gacor, kang!" - Ryoumen (Name) . . . Bercerita tentang seorang gadis yang merupakan putri dari Ryoumen Sukuna. Hah? Raja Kutukan punya anak?? Rill kok ini...