[Chapter 38] Small Guts

389 67 99
                                    

Yakk, dan lagi-lagi judul chapter-nya tentang si Jenit yang kalau punya kesadaran penuh, nyali dia cuma seperempat sendok nyam-nyam. Padahal kalau udah mode setengah sadar dia kullbet yakann😎☝️

Langsung aja kita mulai. Juga seperti biasa, buat kata tertentu dalam bahasa Jepang, terjemahannya bisa dilihat di komentar paragrafnya langsung, ya😉👌

Happy reading✨
Hope you enjoy the story!😘~❤️


»»»»»

“Tanjirou. Jangan-jangan, dia adalah kakak mereka?” Memecah keheningan yang mencekam, pemilik helaian merah muda buka suara. Lirikan mata semerah delima mengisyaratkan tudingan dalam diam teruntuk dua bocil.

Belum sempat satu pun dari mereka bereaksi atas peristiwa tragis beberapa waktu lalu, bencana baru menampakkan taringnya. Suara gelegak mengerikan memenuhi telinga, merobek udara siang selagi bunyi drum yang ditabuh menggema beberapa kali.

Tung!

Tung!

Tung!

Tung tak tung darrrr💃🏻🕺🏻💥🔥

Awowkwkwk maap-
😂🙏

Balik ke cerita👇👇

Pemuda bermarga Kamado setia membisu, tiada tanda-tanda hendak merangkai kata. Sepasang tangannya meraih kepala pria sekarat ke atas pangkuan. Barulah usai menggertakkan gigi, dia merutuk, “Padahal jika kita datang lebih cepat, mungkin dia akan terselamatkan.”

Namun, sang nona kentara tak menyetujui pernyataan sesal Tanjirou. “Aku tak berpikir demikian. Bagaimana jika kita datang terlalu awal dan malah tak mendapat petunjuk sepeser pun?” Gadis itu berujar seolah tiap kata yang lolos dari lidah adalah sebuah retorik.

Gaya bicaranya menyiratkan bahwa dua bocah itulah kunci informasi dalam misi ini. Bagaimana tidak; tanpa mereka, maka ketiganya hanya akan menerobos kediaman tanpa kejelasan visi.

Apanya yang mengalahkan iblis? Bisa-bisa, mereka dapat terjebak teror tak berujung dalam bangunan di hadapan. Kecil peluang untuk mengalahkan musuh tanpa sokongan informasi.

‘Alah, repot amat. Trobos aja langsung, ya nggak sih😎☝️’

Bagus, mbak, bagus.

Kamu mengacau rangkaian diksi yang didedikasikan penuh demi mengungkap hipotesis dalam kepalamu. Padahal kalau dilanjutin, setidaknya kau tuh keliatan kaya seorang pemikir yang pinter (walau dikit)😴💤

“Dia tak mirip, jadi bukan kakak mereka. Pasti iblis itu menculik beberapa orang,” ujar pemuda berhelaian merah tua pendek.

Alih-alih menanggapi kalimat skeptis rekan gadisnya, dia memutuskan berikan jawab teruntuk pertanyaan yang terlontar sebelumnya. (Name) refleks ngangguk dan berdengung mengiyakan.

“Zenitsu, ayo masuk!” ucapnya tegas.

Yang dipanggil hanya menoleh panik, sekujur tubuh lelaki itu menggigil selagi rautnya menggambarkan penolakan terang-terangan akan ajakan pemuda bermarga Kamado.

“Tapi, sekarang hanya kita yang dapat menyelamatkan mereka.” Argumen sang tuan hanya menambah besarnya ketakutan Zenitsu.

Tak menerima jawaban usai sekian detik berselang, Tanjirou berujar rendah, “Sou ka. Wakatta.”

Bayangan suram menyamarkan wajah bagian atasnya, tak lagi mempertunjukkan keramahtamahan yang biasa terukir dalam ekspresi lembutnya.

Bayangan suram menyamarkan wajah bagian atasnya, tak lagi mempertunjukkan keramahtamahan yang biasa terukir dalam ekspresi lembutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sukuna no Musume [Kimetsu no Yaiba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang