[Chapter 21] First Mission

720 102 34
                                    

Chapter ini belum ada geludnya, soalnya saya suka nulis yg selow selow😋
Dan yaa, kali ini rasanya agak ngebosenin. Tapi semoga ga bosan beneran😅👉👈

Oh, iya! Untuk kata tertentu dalam bahasa Jepang, terjemahannya bisa dilihat di komentar paragrafnya langsung, ya😘👌

Happy reading❤️
Hope you enjoy the story!😻


»»»»»

Menindaklanjuti instruksi Kasugai Garasu, dua anggota baru Kisatsutai beranjak ke teras kediaman mantan Hashira Air. Pemuda bermarga Kamado kentara mengenakan seragam serba hitam, juga pedang nichirin yang disematkan ke ikat pinggang putih berbahan kulit.

Haori dwiwarna bermotif kotak-kotak khasnya tersampir rapi (sama (Name) udah dibalikin). Di punggungnya, tersandang sekotak kayu tempatnya membawa sang adik ke mana pun kakinya melangkah.

Memalingkan kepala, Tanjirou memindai penampilan rekannya. Merenungi perbedaan gaya sang nona dibandingkan hari-hari lain yang mereka lalui.

Anggap aja ini Mbak (Name) 👇

Bentar, tapi kok kaya ada yang kurang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentar, tapi kok kaya ada yang kurang...

Ne, (Name)-chan. Kau tak memakai syalmu?”

Gadis itu menengadah, iris yang hampir senada bersitatap. Selepas menemukan rangkaian kata yang tepat, barulah ia berujar, “Yah, kita akan bertarung dengan iblis dan sebagainya. Mereka berpotensi merusak syal pemberian Tou-sanku.”

“Jadi aku takkan memakainya lagi,” pungkasnya, ditutup seringai andalan.

Mengikatkan Yakujo no men ke sisi kepala, nih cewe merenung. Firasatnya kok bilang ada yang janggal, “Chotto matte. Rasanya seperti ada yang kurang.”

Si abang yang udah sadar dari awal sigap menyahut, “Ano, sepertinya kau meninggalkan pedangmu di dalam, (Name)-chan.”

Baik banget banh sampe diingetin segala, harusnya diem aja. Biar pas berhadapan sama belis, dia kalang kabut nyari senjata yang ternyata ketinggalan di rumah Abah Guru ahaHAHA-

“Apa?” Menunduk, netra merah mendapati pinggangnya yang ternyata masih polosan. Jangankan pedang, gesper aja dia ga make.

Heran, ni anak dibiarin lama-lama kok ga pernah beres☺️

“Tunggu di sini, akan kuambil,” pintanya, takut ditinggal dia cuy. Sebelum (Name) mencapai pintu, benda itu telah tergeser, membukakan cukup ruang untuk dilintasi tubuh sang pelatih.

Menyodorkan ikat pinggang dan sepasang nichirin, Urokodaki menggerutu, “Berhenti bersikap ceroboh, (Name).”

(Name) menyambut pemberian pria itu sambil cengengesan. Ga ada seraut pun penyesalan di tampangnya yang ngeselin (meski cakep banget).

Sukuna no Musume [Kimetsu no Yaiba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang