[Chapter 40] The Host

364 65 51
                                    

Warning! Chapter paling pendek dan sejujurnya agak gaje (menurut saya). Hmzz... Karena itu, saya bakal usahakan chapter selanjutnya bakal agak lebih panjang dari ini😁👍

Langsung aja kita mulai. Juga seperti biasa, buat kata tertentu dalam bahasa Jepang, terjemahannya bisa dilihat di komentar paragrafnya langsung, ya😁👌

Happy reading✨
Hope you enjoy the story!😘~❤️


»»»»»

Ruangan dalam kediaman itu terbilang temaram. Bahkan sejumlah lentera berpendar kemerahan yang digantung, masih tak mampu mengusir gelap yang meraja. Adapun di udara, keheningan terhampar laksana selimut tebal yang mencekam.

Hawa keruh nan kelam membumbung bebas di setiap jengkal ruangan, laksana menyimpan rahasia gelap di balik bayang-bayang yang menjuntai.

Waktu merangkak lambat, sukses ciptakan atmosfer menegangkan, di mana kehadiran suara lirih sekali pun mampu merobek kesunyian.

Gadis bermahkota merah muda mengetukkan kaki yang berlapiskan sepatu hitam, selagi mata sewarna batu ruby memicing setengah waspada. Tindakannya menciptakan bunyi ketukan teratur, lantaran permukaan keras lantai kayu yang beradu dengan sol sepatunya.

Visi jernihnya setia beredar intens, tak meloloskan sejengkal pun interior ruangan luput dari pengawasannya. Sesekali, dia akan melirik upaya sang rekan dalam menenangkan ketakutan bocah perempuan bersurai jelaga.

Tanda-tanda kehadiran eksistensi baru terdeteksi dalam radar internal (Name). Dahinya mengernyit samar. ‘Gejolak energi gelap itu...’

Dan apa yang mereka waspadai datang jua...

‘Tidak salah lagi!’

Angin dingin bertiup singkat, membawa serta gejolak energi tak mengenakkan yang menguar dari sang empunya, kemudian berpadu dalam atmosfer ruangan. Dari pintu yang terbuka, derap langkah berat sayup-sayup memasuki gendang telinga.

Hingga pemilik tungkai berhenti tepat di ambang pintu. Cahaya lembut lentera menyoroti kakinya yang tampak telanjang dan berkuku runcing.

Makhluk itu maju selangkah, laksana memamerkan figurnya yang besar dan berkuasa atas manusia; yang mereka anggap tak lebih dari sekadar tumpukan daging. Tiada guna selain peluang bagi makhluk fana itu, memuaskan kerakusan dan mengisi perut lapar para iblis.

Iris merah bak genangan darah menyempit, selagi rahangnya terkatup guna mencegah suara sekecil apa pun lolos dari tenggorokan.

‘Dia yang terkuat dalam kediaman ini.’

Benar sekali, iblis itulah pemilik rumah ini, kediaman ini.

Kiranya, berapa banyak manusia yang telah ‘dia’ makan?

‘...!!!’

Seolah tersadar akan sesuatu, (Name) melirik dua manusia di sisinya. Sang tuan menahan napas, seraya memanfaatkan tangannya demi membungkam Teruko. Upaya antisipasinya demi menekan pekikan maupun tangisan ketakutan si bocah.

Manik burgundy terbelalak, gerakannya tak menentu, sementara alisnya menukik tajam ke bawah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sukuna no Musume [Kimetsu no Yaiba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang