Kita berjarak seperti peron kereta di gerbong kedua.
Kau berdiri berada di dekat pintu keluar, menunggu waktu saatnya tuk bebas pergi berkelana,
Entah kemana arah tujuannya
Kepergianmu melepaskanku,
Pernah berpikir tuk kembali masuk?
Aku masih duduk di disini, berpikir apa yang telah dirayakan atau dilewatkan?
Kita dewasa, tak hanya terbatas kaca, tapi sungguh kau jauh disana,
Pergi tak beralasan,
Aku masih bertahan dengan kenangan,
Dan menangis dengan ketulusan.
Tak berharap kau jemput menghampiri,
Hanya ingin kau sampaikan selamat tinggal terbaik.
Pergi melaju dengan rel tua, diantara kita, hanya aku yang masih bercerita.
YOU ARE READING
Dengan Semesta Yang Mestinya Tanpa Aku
PoetryBook II dari 'Mati Lebih Lama, Hidup Selamanya' Rangkaian puisi dari isi hati Diantara aku dan dunia Tempat selayaknya berada, meski hanya sekedar singgah Dan aku ingin mati lebih lama, Juga hidup selamanya.