Laki-laki kecil terjebak di belantara wajah. Rerumput yang memenuhi suara. Hingga dan kaki membisikkan dingin.
Dedaunan di sekitar kakiku, berdesir lirih ke sisi barat. Seekor semut menuju rendah. Suara anak ayam memekik di ketinggian bersama dengan burung-burung mungil yang terserap oleh seberkas putih.
Aku menikmati tubuhku. Diam selayaknya dengar. Mata yang merenung melebihi hingga.
Cemas yang mengalir, sedikit tertidur di kerumunan orang-orang yang tak aku kenal. Mulut-mulut mereka tertutup oleh tetumbuhan dan tembok-tembok tinggi yang mengabu.
Pandangan yang menembus jauh. Pada beberapa kayu dan ranting yang menggelap. Aku tersenyum tipis. Untuk diriku sendiri. Untuk hidup yang entah kapan masih bisa aku cintai.