100

70 5 0
                                    

Besok, manusia mungkin akan berwajah terong. Seekor tumis lalu lalang di kolong meja. Sepatu berterbangan bersama dengan seekor gajah dan sepasang unta bermesin.

Di museum isi kepala yang telah lepas dari segala yang nyata. Masa lalu menekuk pintu pada seperempat dimensi. Melagukan huya huya eeeeiii. Atau, memanggang seekor ikan berkaki kayu pada jamuan malam akbar para pendaki yang hampir saja mati oleh pelarian mereka sendiri.

Di seberang aliran air yang kosong. Jerapah yang mengantuk tersenyum manis pada seekor semut yang tak bisa dilihatnya. Untuk kesekian kali, hasrat bunuh diri hadir pada kerumunan untuk menyelamatkan yang tidak ada. Itulah sebabnya, agama hadir saat hari libur mengumandangkan berita duka akan matinya Tuhan di mata seekor belalang kesepian.

Jalanan sakit. Telepon genggam mencoba berbahagia. Vagina yang merindu cinta. Pelukan yang tak mau dilepas walau setahun penuh. Di pinggir jendela sehabis hujan dalam kepala. Bocah kecil berlarian bersama seekor anjing menantang malam dan para hewan buas yang menyelinap masuk di usia dewasa.

Dewasa itu menyakitkan. Menjadi kecil bukanlah hak. Setelah segala usia menjadi lebih dari tiga puluh. Banyak kehidupan lebih serupa kepiting. Atau, kura-kura yang merayap pelan bersama cangkangnya yang begitu kebal terhadap rasa sakit dan penderitaan bercita rasa tawa.

Mengagumkan melihat tawa dari kerumunan burung yang sudah mati. Dua ekor ikan yang berhubungan badan di aliran sungai tak hanya membuat iri mereka yang sendiri. Juga, lahirnya anak remaja yang pemarah karena kasih sayang sudah lebih dulu mati di dalam perut. Orang tua hanya melihat dan sesekali bermesum ria dengan pasangannya sendiri.

Malam merajuk. Burung hantu berganti kelamin. Seekor tupai menjadi pendeta tadi malam. Tiga ekor alien terbang di atas kota yang anak-anak kecil di dalamnya, semakin pandai melagukan lagu bunuh! Bunuh! Bunuh! Di jejak tipis kabut rumah yang silam. Perempuan muda tak penting ditemukan tewas oleh sisa cinta yang tak pernah bisa dihabisinya.

Hari ini, besok, atau yang akan datang, jam berdentang tak lagi bisa didengar. Musim gugur lebih awal. Rasa haru menular sewaktu kesedihan menjadi gaji rutin para pekerja yang telah gagal menjadi manusia. Bersama dengan jam enam pagi. Empat ekor cicak tertawa riang di persembunyiannya. Menertawakan segala yang absurd. Bahkan, untuk keanehan ekornya sendiri.

AKU, DAN BENTANG HAMPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang