selalu cemas. ya selalu cemas. mirip lukisan impresionisme atau abstrak lirik. begitu dingin dan meledak-ledak. susah dikendalikan. menghantam diriku nyaris setiap harinya.
hampir remuk. tak berguna.
aku pun lari dari dunia. bertemu dengan Van Gogh. berbincang sebentar. melihat jiwanya yang membaui jiwaku dengan begitu kuatnya. lalu aku bertemu Gauguin. Cezanne. Dan Rosseaue yang indah. Millet yang puitis. dan Degas. kemudian Lautrec yang begitu intim dan telanjang.
kadang aku memandang sejenak Renoir. Lalu mengangguk kepada Manet. bergandengan dengan Monet. atau agak berdebat dengan Seurat mengenai lukisannya yang sedikit aneh.
melihat domba-domba Mouve di padang terbuka dengan warna hijau abu-abunya yang begitu teduh. atau menatap nanar kegilaan Corbet.
menatap terkejut pada kegilaanku sendiri.
warna yang begitu terang. begitu penuh gelombang dan kekerasan jiwa. seperti api yang menggambar dirinya sendiri di permukaan kanvas.
atau wajah lembut nan buas dari Saleh dan Delacroix. begitu mirip. antara warna hitam nan gelap. dan setiap cahaya yang menertawakan dirinya sendiri di antara beragam cat yang melebur.
jiwa yang melepuh di keganasan warna-warna.
membuatku begitu tenang. sedikit hidup. lalu rusak. serusak kanvas Wols. tapi aku begitu menyukainya. kerusakan yang indah. keterpurukan yang begitu memeluk.
di dalam yang tak mudah dijelaskan. seni mengambil diriku ke dalam wajah sedihnya. keriangan yang begitu tipis. mendekati sakit jiwa dan keletihan otak.