Di titipkan

1.2K 117 12
                                    

Selamat membaca
.
.
.

Seharusnya Johnny sudah menikmati kencan dengan kasurnya, bahkan Renjun sudah tertidur. Tapi terkutuklah tiga manusia tidak berguna yang bertamu larut malam ke unitnya hanya untuk melihat Renjun. Mereka di ruang tengah, Johnny dengan ekspresi datar duduk di sofa. Sedangkan Renjun berada di karpet bersama tiga orang itu.

Haechan sibuk menekan pipi gembilnya, yang anehnya Renjun malah tertawa. Jeno memerhatikan dalam diam, Jaemin dengan ekspresi bodoh dan mata tak berkedip menatap Renjun.

"Bagaimana bisa pipi ini begitu kembung dan lembut seperti mochi?." Jaemin berucap sembari menekan pipi Renjun dengan jari telunjuknya.

"Bukankah bayi ini terlalu cantik untuk anak laki-laki." Tambah Jaemin berdecak kagum.

"Benar Jaemin-ah." Haechan beralih menatap Johnny. "Hyung, kau mau punya menantu sepertiku?" Ucap Haechan dengan mata di kedip-kedipkan.

Johnny menatap tanpa ekspresi. Apa-apaan itu? Menantu katanya, hey Johnny tak punya anak dan status Renjun masih samar. Bahkan anak itu masih bayi.

"Daripada punya menantu dekil lebih baik aku yang menikahinya." Kata Johnny asal.

"Iyuuhh, dasar pedofil." Julid Jaemin.

"Tak apa, aku tampan dan kaya, bukan masalah besarnjadi sugar daddy."

Ketiga pemuda itu melayangkan tatapan jijik kepada Johnny.

"Pemikiran mu terlalu jauh Hyung." Ujar Jaemin.

"Lebih baik kalian pulang, ini waktunya bayi tidur." Usir Johnny.

"Bagaimana kalau kami mengina---"

"Tidak!" Tolak Johnny. "Cepat pergi sebelum kalian ku tendang."

"Lihatlah Renjunie, calon Ayahmu itu sangat kejam." Cibir Haechan. "Baiklah Renjunie, Hyung akan pulang dulu, sampai ketemu besok." Haechan mencium pipi Renjun.

"Arraseo Renjunie, kau jangan rindu ya. Rindu itu berat Renjunie tidak akan kuat." Jaemin ikut mencium pipi Renjun, bayi itu hanya tertawa senang.

Jeno yang sedari tadi diam mendekat, tiba-tiba tersenyum lebar membuat matanya ikut tersenyum. "Kau sangat manis, sampai ketemu lagi."

Cup!

Johnny sontak mengangkat Renjun dan menatap horor Jeno yang seenak jidat mencium bibir mungil itu. Sedangkan yang di tatap tersenyum mengejek.

"Siapa yang tadi mengatakanku pedofil. Lihatlah teman mu itu." Cibir Johnny.

"Yang pendiam memang sedikit meresahkan." Gumam Jaemin.

"Cepat pergi, aku bosan melihat wajah jelek kalian."

"Cih, dasar tua bangka." Sinis Haechan.

Johnny dengan tanpa perasaan langsung menutup pintu saat Haechan melambaikan tangan.

"Nanti kau sudah besar jangan tiru kelakuan manusia tak berguna itu." Ujar Johnny mengusap punggung Renjun yang menyenderkan kepalanya di pundak Johnny.

애기 런쥔

Johnny mondar mandir, Renjun duduk di sofa sambil menyedot susunya memerhatikan manusia dewasa itu. Renjun sudah wangi telah mandi dan Johnny juga sudah rapi dengan setelan kantornya. Dan itu masalahnya, Johnny harus ke kantor tapi bagaimana dengan Renjun. Semua teman Johnny pagi ini ada kegiatan termasuk bocah tak berguna itu juga kuliah. Membawa Renjun ke kantor untuk saat ini bukan pilihan yang bagus.

Ting! Tong!

Langkah Johnny terhenti, menoleh sekilas ke pintu lalu mengendong Renjun berjalan menuju pintu. Pintu terbuka menampakkan lelaki tampan bergigi kelinci tersenyum lebar entah mengapa tampak menyebalkan di mata Johnny. Masih dengan senyumnya, dia menatap Renjun dan Johnny bergantian.

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang