Ulay oh ulay

809 100 7
                                    

Selamat membaca
.
.
.

"DADDYYY!!! TOLONG DADDYYYYYYY!!!"

Johnny yang tengah masak sontak langsung berlari ke kamar letak keberadaan si kecil. Johnny meninggalkan si kecil sendiri takut anak itu terjatuh dari tempat tidur atau hal lainnya. Seperti tempo hari terlilit gorden entah bagaimana bisa. Sesampainya ia melihat Renjun baik-baik saja tiduran di kasur memegang ponsel.

"Ada apa?"

"Moomin Injun jatuh, tolong ambilkan." Ucapnya dengan ekspresi polos sambil menunjuk Moomin yang tergeletak mengenaskan di lantai.

Seketika ekspresi Johnny berubah, mendengus pelan berjalan menghampiri Renjun dan mengambil boneka putih itu di lantai lalu memberikannya.

"Maacih Daddy~"

"Hiihhh" Johnny sempatkan untuk menjitak pelan kening si kecil.

"Daddy!" Pekik Renjun.

Johnny berlalu untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Daddy!" Panggil Renjun membuat Johnny berdecak kembali membalikkan sembari menatap malas.

"Hm.."

"Mau mana?"

"Ke dapur."

"Ikut." Seru Renjun bangun lalu merentangkan tangan.

Johnny menghela nafas lalu menghampiri anak, saat sudah dekat Renjun tiba-tiba melompat ke pada Johnny membuatnya terkejut. Sedangkan Renjun dengan bahagianya tertawa.

"Kau ini suka sekali bertingkah seperti anak monyet." Gumam Johnny sebal menepuk pantat Renjun.

Johnny tadinya ingin meletakkan Renjun di sofa ruang tengah tapi anak itu menjerit tak mau. Padahal dapur berhubungan dengan ruang tengah, bahkan si kecil tak mau di turunkan.

Dengan pasrah Johnny memasak sambil mengendong Renjun. Satu tangan sibuk mengaduk masakan sedangkan tangan satu mendekap tubuh Renjun, Johnny berdecak ketika si kecil beberapa kali meniup lubang telinganya.

"Renjun...." tegur Johnny.

Anak itu berhenti, tapi tak lama melakukan hal lain. Sekarang tengah menusuk pipi Johnny pakai jarinya.

"Renjun... ck" Johnny menggerakkan kepalanya membuat Renjun berhenti.

Tapi tak lama, anak itu kembali bertingkah mencubit pelan area leher Johnny.

"Renjun! Kau ini lama-lama Daddy masukan dalam panci di buat sup! Mau?!"

"Mau." Angguk Renjun.

Johnny mencibir dalam hati, lagi-lagi anak itu mulai mengganggunya.

"Berhenti Renjun, Daddy ingin memasak untuk mengisi perut mu!"

"Injun tak lapar, jangan masak Daddy." Jawab Renjun.

"Daddy masak untuk Daddy."

"Daddy sudah besar napa makan terus?"

Johnny sedikit heran dengan pertanyaan si kecil.

"Makan kan kebutuhan."

"Halmeoni bilang Injun makan banyak biar cepat besar. Daddy kan sudah besar napa makannya banyak?"

Tak mau menjawab, di jawab pun pasti percuma karna si kecil ini tak akan faham. Johnny menurunkan Renjun.

"Pergi main sana."

"Tak mau! Gendoongg..."

"Pergi Renjun...."

"Tak mau!"

"Daddy pukul?"

"Daddy!" Renjun menjerit sambil menghentakan kedua kakinya di lantai.

Johnny mengambil spatula lalu memukul betis Renjun pelan. Dan Renjun malah membalas memukul Johnny.

"Melawan!" Johnny melototkan matanya garang sambil mengangkat tinggi spatula membuat gestur ingin memukul.

"HUUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Renjun menangis berlari ke kamar, Johnny hanya acuh kembali memasak, memang Renjun sering seperti ini.

Dengan suara tangis terdengar di buat-buat, Renjun berhenti tepat di ambang pintu, tangisnya pun terhenti. Matanya menjelajahi isi kamar lalu masuk kembali menangis lebay.

"Huuaaaaaaaa..... hueeeeee....huhuuuuuuuuuuuu"

Tangis Renjun kembali terhenti saat matanya melihat sesuatu, anak itu perlahan mendekati sesuatu berbentuk panjang berwarna hitam berada di bawah kursi kerja Johnny.

Semakin mendekat, Renjun berjongkok dan menyentuh ujung benda itu lalu tiba-tiba berdiri dengan panik berlari keluar.

"DADDY! DADDY!"

"Apaaa" saut Johnny jengah.

"ULAY ADA ULAY."

Johnny menoleh cepat mendengar perkataan Renjun.

"Ular?"

"Iya! Ular maksudnya! Ada di kamar!"

"Jangan mengada-ngada, tidak mungkin ada ular di sini." Ujar Johnny mengingat unitnya terletak di lantai sembilan.

"Ada Daddy bawah kursi Daddy, warna hitam!"

Oke, Johnny mulai panik, penjelasan Renjun terdengar meyakinkan. Johnny segera melepas benda di tangan serta mematikan kompor lalu berjalan cepat ke kamar di ikuti Renjun.

"Mana? Mana?"

"Itu Daddy itu!"

Dan benar saja, ekor ular berwarna hitam tampak di bawah kursi kerja miliknya.

"Mana ponsel Daddy, telpon 119 eh bukan, 911." Seru Johnny panik lalu pergi mencari sesuatu.

Tak lama pria itu datang membawa sapu. "Jangan mendekat." Titah Johnny pada Renjun.

Renjun mengangguk patuh dan memerhatikan di luar kamar. Johnny mendekat dengan perlahan, ia gunakan ujung sapu untuk menyentuh ular itu. Tapi anehnya ular tersebut tak bergerak sama sekali membuat Johnny heran semakin brutal memukul pakai sapu.

"Apa mati?" Gumam Johnny dengan berani mengambil ular itu pakai tangan.

Dan setelah mengambil ular itu, Johnny di buat tidak bisa lagi berkata-kata, ekspresi pria itu terlihat blank. Itu ular mainan! Kenapa juga Johnny tak ingat bahwa Renjun memiliki mainan itu.

Dengan emosi yang menggebu-gebu Johnny menghampiri Renjun.

"Ular Injun Daddy." Ujar Renjun polos sambil menunjuk ular di tangan Daddy nya.

Johnny dengan geram menoyor kuat kening Renjun sampai membuat anak itu terjengkang ke belakang.

🦊🦊🦊

Terima kasih udah mampir dan baca cerita gak seberapa ini⚘

📌subak@2024

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang