You did great, Daddy

566 74 11
                                    

Selamat membaca
.
.
.

Hari itu tiba, berkat bantuan para muridnya Dahyun berhasil mendapatkan izin atas aula sekolah bahkan dapat bantuan untuk menyiapkan semuanya. Di tengah aula berdiri sebuah pentas, di depan pentas terletak kursi yang sudah di isi para Ibu dari murid kelas Renjun. Kecuali di barisan paling belakang hadir sosok lelaki, sempat mengundang tatapan bertanya. Jessica saja heran, setaunya selama ini Johnny tak pernah mengikuti acara seperti ini.

Johnny sebenarnya tidak tahu menahu dengan acara ini. Renjun itu cerdik, ia tak memberitahu Johnny karna sudah tahu ia tak akan di izinkan untuk ikut. Jadilah anak itu mengatakannya tadi pagi dimana akhirnya Johnny memilih untuk mengalah walau sempat adu mulut dengan Renjun.

Ngomong-ngomong, Johnny bukan satu-satunya pria di sana melainkan ada para sahabatnya. Johnny juga bingung, saat sampai di sana mereka lebih dulu datang. Sudah duduk manis di kursi masing-masing sembari melambai ke arah Johnny. Usut punya usut ternyata mereka di undang oleh Renjun sendiri, sempat iri karna Renjun lebih dulu memberitahu para Hyung nya daripada dia.

Acara sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu, para murid secara bergantian naik ke atas pentas mengucapkan kata manis pada Ibu masing-masing. Di belakang pentas murid yang lain menunggu giliran.

Renjun melirik Ningning yang sedari tadi tak henti menghembuskan nafas. "Jangan gugup Ningning."

Ningning menatap Renjun tanpa ekspresi. "Jangan gugup Renjun." Ujarnya balik.

"Orang gugup menyemangati orang gugup." Celetuk Sungchan karna Renjun sama gugupnya.

"Kata-kata mu terlalu berbelit aku tidak faham." Ujar Haruto.

"Apa gugup membuat otak mu jadi bodoh?!" Seru Sungchan menyipitkan matanya sinis menatap Haruto.

"Aku bukan gugup tapi malu. Kita bukan lagi anak kecil yang harus melakukan ini."

"Ya, kau benar. Aku juga malu." Balas Sungchan berucap pelan.

"Hah! Hah! Hah! Sungchan!" Dengan nafas terengah Renjun menghadap Sungchan.

"Kau kenapa?"

"Jantung Injun!" Seru Renjun panik meletakkan kedua telapak tangannya di dada.

"Kenapa?!" Oke, Sungchan menjadi panik sekarang, Haruto dan Ningning juga memusatkan perhatian pada Renjun.

"Jantung Injun berdetak!"

Ekspresi Sungchan langsung berubah datar. "Ya kalau tidak berdetak kau mati Njun."

"Tapi kuat sekali seperti duk duk duk dan berdebar! Apa ini di namakan sakit jantung?" Tanya Renjun dengan polosnya.

"Iya, kau sakit jantung. Lebih baik duduk, kalau berdiri nantinya jantungnya bisa jatuh." Celetuk Haruto.

Dengan patuh Renjun langsung duduk manis di kursi masih menegang dadanya. Ningning dengan ekspresi cengo tak mampu berkata-kata lagi menatap Renjun.

"Injun, Ningning tahu kau imut dan menggemaskan. Polos boleh Njun bodoh jangan." Ujar Ningning dramatis mengusap sudut matanya.

"Ningning mengatai Injun bodoh?!"

"Tidak, Ningning bilang Injun menggemaskan."

"Ohhh... terima kasih, Injun memang menggemaskan."

Tsuki baru saja turun dari pentas lalu Niki di panggil oleh Dahyun untuk maju selanjutnya, mereka sontak berbondong-bondong mendekat untuk mengintip. Niki ini paling termuda di kelas mereka, ia di usia masih muda sudah masuk sekolah di tambah sempat loncat kelas karna tergolong anak pintar. Walau begitu, Niki ini anak paling nakal di kelas Renjun dan pembuat onar. Makanya mereka penasaran bagaimana anak tengil seperti Niki berhadapan pada Ibunya.

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang