Si Daddy frustasi

483 60 2
                                    

Selamat membaca
.
.
.

Mata bak rubah itu perlahan terbuka serta mulutnya mengecap. Renjun mengucek matanya pelan dan bangkit. Anak itu terlihat ngebug, diam seperti patung menatap ke depan. Sekitar dua menitan Renjun mulai tersadar, ia menoleh pada Johnny.

"Daddy, bangun." Renjun berucap pelan sambil menusuk pinggang Johnny pakai jarinya.

Tidak ada pergerakan, Johnny masih terlelap dengan wajah damai. Renjun merengut dan menyibak selimut lalu membuangnya ke lantai. Renjun berdiri siap untuk menerjang Johnny, tapi ia urungkan ketika matanya melihat selangkangan Johnny yang mengembung besar.

Renjun menyerngit, anak itu perlahan mendekat dan duduk di dekat pinggang Johnny memerhatikan selangkangan Daddy nya yang biasanya tidak sebesar itu dengan seksama. Dengan polosnya Renjun menyentuh dan menekan-nekan selangkangan Johnny. Dahi anak itu semakin mengkerut dalam.

"Daddy simpan batu di sini?"

Tangan Renjun semakin melenceng, ia meremas sesuatu di dalam sana yang mengeras. Johnny melenguh pelan dan akhirnya terbangun, tangannya langsung mencengkram lengan Renjun.

"Renjun...sssh..."

Renjun menengok ke belakang dengan muka polosnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Johnny pelan lalu berubah posisi jadi tengkurap.

Di dalam hati ia terus merutuki kelakuan Renjun di pagi hari. Tak pernah Renjun tertarik dengan selangkangan yang menggembung setiap pagi. Ingatkan Johnny, Renjun baru berusia tujuh tahun, tak habis pikir dengan tingkah Renjun dengan santai meremas penis Johnny yang sedang ereksi.

"Daddy kenapa keras? Daddy simpan batu, ya?" Renjun bertanya karna rasa penasarannya belum tuntas.

"Penis Daddy sedang ereksi." Jawab Johnny terkesan frontal walau tak yakin Renjun akan faham.

"Ereksi itu apa?"

Johnny menghela nafas pelan. "Bangun dan pergi sikat gigi sana." Suruh Johnny mengusir Renjun, dia malas untuk menjelaskan.

"Daddy kenapa ereksi?" Tanya Renjun lagi.

Johnny menggeram rendah, Renjun ini memang menguji kesabarannya di pagi hari, belum lagi di bawah sana merasa sesak.

"Semua laki-laki mengalami ini." Jawab Johnny.

"Kenapa Injun tidak?"

"Anak laki-laki dari bayi juga mengalami tapi dalam konteks berbeda"

"Injun tidak." Ujar Renjun mengangkat sedikit celananya menilik penis mungilnya.

Johnny mendengus kasar. "Karna kau tidak menyadari kapan terjadi, bayiiiiiii." Ujar Johnny kesal. "Pergi sikat gigi dan cuci muka sana, sebelum Daddy tendang kau dari Apartemen."

Renjun merengut sebal, ia turun dari tempat tidur lalu menendang kaki ranjang yang tak bersalah. Tapi anak itu kesakitan sendiri. Renjun meringis pelan mengusap pergelangan kakinya yang tak sengaja terbentur sambil memaki kaki ranjang dalam hati. Dengan berjalan pincang terkesan lebay, Renjun segera keluar dari kamar menuruti perintah Johnny untuk gosok gigi.

Sedangkan Johnny sedang mendesis merasakan sesak dan ngilu pada penisnya yang ia tindih. Setiap mengalami ereksi di pagi hari, Johnny tidak pernah mengganggunya, ia akan membiarkan sampai masa ereksinya berakhir sendiri. Lain cerita kalau sudah di sentuh apalagi di remas seakan mengundang. Johnny itu tipe sensitif ngomong-ngomong. Ia tak henti memaki Renjun dalam hati karna kepalang kesal.

Johnny kembali terlentang, ia mengelus pelan selangkangannya. "Ssshh.. sialan, aku butuh bantuan."

Johnny segera turun dari tempat tidur. "RENJUN! DADDY BUTUH KAMAR MANDI!"

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang