Fakta

594 82 15
                                    

Selamat membaca
.
.
.

Akibat pertemuannya dengan Wendy dan juga melihat interaksi antara Renjun dan teman lamanya itu membuat Johnny uring-uringan entah karna apa.

Terutama kemiripan Wendy dan Renjun. Semenjak Renjun tumbuh remaja, Johnny memang mengakui setiap ia menatap wajah dan cara anak itu berekspresi terutama tersenyum, Johnny merasa familiar. Merasa sering melihat wajah itu tapi bukan pada Renjun, bisa-bisanya Johnny tidak sadar bahwa anak itu mirip dengan sosok Wendy sang teman lama.

Bagaikan kepingan puzzle yang hilang, kini Johnny mendapatkan kepingan itu. Memori lama tiba-tiba muncul kembali dan Johnny mulai menyadari kejanggalan yang terjadi di masa dulu. Di mulai dari hilangnya Wendy tanpa kabar, lalu wanita itu kembali berperilaku asing dan di malam ia menemukan Renjun, besoknya secara mendadak Wendy pindah. Johnny sungguh sudah menepis jauh-jauh pikirannya untuk menaruh curiga pada Wendy. Tapi Johnny pun tak ingin berprasangka buruk dan mungkin hanya sebuah kebetulan saja.

Tapi... apakah kemiripan antara keduanya juga sebuah kebetulan?

Katanya di dunia kita punya tujuh kembaran, apakah Renjun salah satu dari ketujuh kembaran Wendy?

Memikirkan itu membuat kepalanya pening, Johnny menghela nafas memandang layar laptop di hadapannya. Awalnya ia sedang mengerjakan pekerjaannya, tapi ingatan itu membelah fokus Johnny. Pria yang sudah memasuki usia paruh baya tersebut memutar kursinya untuk menghadap ke ranjang. Dimana ada Renjun yang sedari tadi tertawa sendiri.

Remaja itu bersandar pada kepala ranjang memegang ponsel entah menonton apa yang berhasil membuatnya tertawa. Sudut bibir Johnny ikut tertarik ke atas melihat Renjun tertawa tanpa beban.

Renjun itu... susah untuk di deskripsikan. Renjun itu terlihat polos, lugu dan bodoh, tapi anak itu pintar dengan caranya sendiri. Renjun itu anak periang, ceria dan mudah tertawa seakan tak punya beban hidup, tapi nyatanya anak itu punya luka dalam tanpa orang lain sadari. Renjun itu sesuatu, makanya banyak orang menyukai anak manis yang Johnny temukan di depan pintu unitnya kini tumbuh dengan baik walau hanya di asuh oleh orang tua tunggal.

Johnny memijat pelipisnya, ia benar-benar di serang pening sekarang. Perhatiannya kembali teralihkan ketika tawa Renjun terdengar, Johnny menatap lamat Renjun, bibir itu tertarik ke atas sebab tawa kepalang lebar si pemilik. Matanya menyipit menciptakan lengkungan manis. Bayangkan Wendy tertawa terlintas di pikiran Johnny.

"Wendy, ya..."

"Tidak mungkin, kan? Wendy tiba-tiba punya anak dan anak itu Renjun?"

애기 런쥔

Johnny dan Wendy sempat bertukar kontak masing-masing. Wanita itu menghubungi Johnny katanya ingin mengatakan hal penting, dan di sinilah Johnny sekarang. Di depan café tempat pertemuan mereka. Johnny membuka pintu café di sambut gemericik bunyi lonceng. Langsung saja ia menuju kasir memesan sesuatu lalu mengedarkan pandangannya mencari Wendy. Kedua matanya langsung menangkap sosok Wendy yang berada di meja dekat jendela melambaikan tangannya.

"Sudah lama menunggu?" Tanya Johnny langsung ketika tiba dan mendudukan diri di kursi hadapan Wendy. "Maaf aku sedikit terlambat." Tambahnya, agak meringis tidak enak.

"Sedikit?" Sebelah alis Wendy terangkat. "Aku bahkan sudah menghabiskan satu cangkir latte." Ujar Wendy.

Di meja memang ada dua buah cangkir, satu sudah kosong sedangkan satunya masih mengepulkan asap tipis. Menandakan sudah lama wanita itu berada di sana.

"Maaf, Renjun sempat rewel tadi."

"Rewel?"

"Dia ingin ikut, menuduh aku pergi keluar sendiri tanpa mengajaknya. Lalu terjadi sedikit drama karna dia melarangku pergi." Jelas Johnny.

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang