Duka

851 104 7
                                    

Selamat membaca
.
.
.

Pagi ini Seoul di gegerkan dengan kecelakaan mobil beruntun. Johnny yang sedang dalam perjalanan menghantar Renjun sekolah juga jadi salah satu korban. Sebanyak belasan jiwa meninggal dan sekitar tiga puluh lebih mengalami luka-luka.

Di rumah sakit.

Di sebuah ruangan seorang pria terbaring lemah. Perlahan matanya mulai terbuka, ia memincingkan mata menyesuaikan cahaya masuk ke penglihatannya. Ruangan serba putih dan bau obat khas rumah sakit menyambutnya.

Johnny meringis memegang kepalanya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang sangat sepi hanya ada dirinya seorang diri di sana. Johnny berusaha mengingat apa yang menyebabkan ia bisa berada di sini. Seingatnya ia sedang berangkat ke kantor dan mengantar Renjun dulu ke sekolah, tiba-tiba di perjalanan ada mobil....

"Renjun."

Johnny berusaha untuk bangun dan meringis merasakan sakit di tubuhnya. Kepala dan tangannya di perban, jika ia sudah seperti ini bagaimana dengan Renjun?

Mengabaikan rasa sakit pada tubuhnya, Johnny turun dari brangkar dan melepas infus di tangannya berjalan tertatih ke arah pintu. Saat membuka pintu suasana lorong rumah sakit sepi yang menyambut Johnny, seolah tidak ada orang di sana.

Bertepatan dengan itu pintu ruangan sebelah terbuka menampakkan Ayah dan Ibunya yang menangis meraung. Johnny menyerngit melihat Ibunya menangis histeris begitu.

"Eomma"

Ibunya menoleh dan berjalan cepat ke arah Johnny.

"Kenapa kau di sini? Kau harus beristirahat." Ujar Ibunya memeriksa tubuh Johnny.

"Di mana Renjun?"

Seketika Ibunya menghentikan pergerakannya dan menatap Johnny dalam diam. Beliau menyerka air matanya dan berusaha tersenyum pada Johnny.

"Dia sedang tidur."

"Di ruangan itu kan, aku mau melihatnya."

Ibunya menahan lengan Johnny yang ingin beranjak. "Biarkan dia tidur dengan tenang."

"Aku hanya ingin melihat keadaannya."

Ibunya menutup mulut mati-matian menahan untuk tidak menangis. Ia menarik nafas sekilas dan menatap Johnny. "Biarkan dia tenang Johnny, biarkan dia tenang bersama Tuhan hiks..."

Seketika Johnny merasa dunia terhenti, pria itu membatu menatap kosong dan tanpa sadar air matanya mengalir. Johnny terkekeh sembari menyerka air matanya.

"Eomma ini bukan waktunya untuk bercanda, anak itu pasti hanya tidur karna lelah habis menangis saat di obati. Renjun ku hanya tidur Eomma..."

Ibunya menggeleng dan mencengkram baju Johnny. "Kau harus menerimanya Johnny, Tuhan lebih sayang pada Renjun kita."

"TIDAK!" Johnny berteriak menepis kasar tangan Ibunya dan berlari ke ruangan Renjun.

Di sana tidak ada orang, Johnny berjalan pelan menatap nanar brangkar yang di tutupi kain putih. Johnny mengandahkan kepalanya ke atas menahan air mata yang terus keluar. Lalu ia membuka kain itu, tangisnya langsung pecah mendapati wajah pucat Renjun dan matanya terpejam damai.

"Hiks... hiks... andwae..." Johnny dengan tangan bergetar menyentuh pipi Renjun, tangisan pria itu semakin menjadi terdengar pilu.

"Hey, rubah Daddy hiks... bangun.. ini bukan waktunya tidur."

Johnny membelai wajah pucat anak itu. "Renjun.. hiks... hiks... jangan menjahili Daddy seperti ini.. hiks... ayo beli eskrim dan Moomin baru"

Jari Johnny terus bergerak membelai  seluruh wajah Renjun. Mulai dari mata yang selalu memancarkan binar polos dan tatapan kesal jika di jahili. Lalu turun pada hidung yang selalu suka mengkerut lucu saat ia merasa kesal, dan terakhir bibir yang selalu menunjukkan senyum manis dan lucu beserta mulut yang sering mengeluarkan ocehan. Johnny tersedu-sedu perlahan menyadarkan keningnya ke kening Renjun dan memeluk tubuh kaku si kecil.

"Sayang... hiks... jangan tinggalkan Daddy... hiks... hiks... Renjun..."

"RENJUN!"

"Hhahh... hhahh... hhahh..."

Johnny terbangun dengan nafas memburu dan peluh bercampur air mata membanjiri wajah pria itu. Ia mengusap wajahnya yang basah dan terlihat linglung memerhatikan sekitar, ruangan serba putih dan bau khas obat tercium. Johnny perlahan bangun dan menyerngit bingung, bukankah tadi ia bersama Renjun? Menangisi anak itu? Mengingat hal tersebut, Johnny buru-buru turun dari brangkar serta melepas infus.

Saat membuka pintu, suasana ramai orang dan suster mondar mandir di lorong rumah sakit. Tanpa basa basi Johnny membawa langkahnya ke ruangan sebelah sesuai di mimpi? Johnny meyakini itu hanya mimpi, karna ia yakin Renjun nya sedang menunggu kedatangan dirinya.

Johnny langsung membuka pintu dengan kasar mengejutkan Ayah dan Ibunya yang benar berada di dalam ruangan itu.

"Kau baik-baik saja?" Ibunya yang duduk di kursi dekat brangkar Renjun langsung bangun menghampiri Johnny dan memeriksa seluruh tubuhnya.

Johnny mengabaikan Ibunya dan menghampiri Renjun yang terbaring di brangkar. Tidak ada luka parah, hanya beberapa luka kecil meleceti kulit putih Renjun. Johnny menghela nafas lega anak itu masih bernafas dengan teratur dan hanya sekedar menutup mata.

Johnny mengelus pelan kening Renjun dan mengecup sekilas. "Cepat sembuh dan buka mata mu rubah, belum saatnya untuk meninggalkan Daddy." Bisik Johnny lalu sekali lagi mengecup kening Renjun.

"Dia baik-baik saja, hanya sekedar luka kecil walaupun tetap sakit bagi anak kecil." Ujar Ibunya mengelus pundak Johnny.

Johnny mengangguk-ngangguk dan membalikkan badan memeluk Ibunya. Beliau mengusap punggung Johnny merasakan bahu pria itu bergetar dan juga merasakan basah pada pundaknya di mana tempat Johnny menelusupkan wajahnya. Ayah Johnny mendekat dan menepuk-nepuk punggung anaknya ikut menenangkan.

"Eomma... aku bermimpi Renjun pergi hiks... hiks... Eomma..."

Ibu Johnny ikut meneteskan air mata mendengar itu. "Kau tenang saja, itu hanya mimpi dan Renjun masih ada bersama kita."

"Eomma... tolong katakan pada Tuhan jangan dulu mengambil malaikat kecil ku."

BUK!

Ibunya memukul punggung Johnny. "Jangan bicara sembarangan bodoh! Sialan kau membuat Eomma menangis lagi hiks..."

🦊🦊🦊

Terima kasih udah mampir baca cerita gak seberapa ini⚘️

📌subak@2024


It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang