Demam

1.3K 109 2
                                    

Selamat membaca
.
.
.

Pagi-pagi rengekan Renjun terdengar berbeda di telinga Johnny, betapa terkejutnya Johnny saat menyentuh tubuh Renjun yang begitu panas membuat Johnny panik bukan main. Ia segera menghubungi Ibunya malah dapat omelan kenapa tidak menelpon dokter.

Lalu Ibunya berkata akan datang bersama dokter keluarga mereka. Selama menunggu kedatangan mereka, Ibunya menyarankan untuk memeluk tubuh telanjang Renjun untuk meredakan panasnya atau yang lebih dikenal dengan sebutan skin to skin contact. Johnny menolak karna ia bukan orang tua kandung Renjun. Setau Johnny hal itu hanya di lakukan oleh seseorang yang mempunyai ikatan dengan si bayi. Tapi ibunya terus bersikeras, apa salahnya mencoba.

Dibantu interuksi Ibunya Johnny bertelanjang dada lalu melepas semua baju Renjun hanya menyisakan popoknya, lalu menutup tubuh mereka pakai selimut. Johnny bahkan meringis merasa hawa panas tubuh Renjun. Ia memeluk Renjun, menepuk dan mengusap punggung si bayi untuk menenangkan. Bayi itu terus merengek dan mengeluarkan suara rintihan membuat Johnny tidak tega dan khawatir. Sakit itu tidak enak, apalagi untuk seorang bayi.

Dokter mengatakan bahwa hanya demam biasa, gelaja itu memang sering di alami bayi dalam masa pertumbuhan. Setelah memberikan resep obat dan selesai dengan urusannya sang dokter pulang, menyisakan dirinya dan ibunya yang menginap untuk menjaga Renjun.

Saat ini Johnny sedang berdiri di samping ranjang memerhatikan Ibunya yang mengendong Renjun berusaha menenangkan si bayi yang menangis keras. Rengekan, tangisan dan racauan si bayi membuat Johnny ikut merasakan sakitnya. Entahlah Johnny hanya merasa aneh menjalar khawatir, bayi yang sering ia lihat tertawa, berseru random dengan suara nyaring dan sejuta tingkah aktifnya kini terbaring lemah sambil mengeluarkan suara tangisan.

Johnny menyentuh pipinya saat merasakan sesuatu mengalir. Ia menyerngit melihat jarinya basah lalu menyadari dirinya baru saja menangis. Johnny dengan cepat mengusap matanya sebelum di sadari sang Ibu.

'Sial! Darimana munculnya cairan ini?'

Setelah Renjun tenang, Ibu Johnny secara hati-hati merebahkan tubuh Renjun di kasur. Beliau juga mengganti plaster pereda panas di kening Renjun dengan yang baru.

"Jaga dia, Renjun kapan saja akan bangun karna merasa sakit. Eomma akan memasak untukmu."

Johnny hanya mengangguk menanggapi perkataan Ibunya. Saat Ibunya sudah keluar, ia dengan perlahan naik ke atas tempat tidur mendekati Renjun, menatap  lamat si kecil yang masih mengeluarkan isakan kecil. Suara nafas beratnya terdengar, kening si bayi mengkerut menandakan tak nyaman dalam tidurnya.

"Kau memang menyebalkan, tapi melihatmu terbaring seperti ini lebih menakutkan" bisiknya.

Renjun menggeliat kembali mengeluarkan suara rintihan membuat Johnny secara spontan berbaring memeluk Renjun. Ia mengucapkan kata penenang sembari menepuk-nepuk paha si bayi.

"Ssssttt... tenang... apa perlu ku bayar seseorang untuk menghilang rasa sakit ini?"

"Katanya ibu peri menyayangi anak-anak, tapi kenapa dia tidak datang untuk mengusir sakitmu?"

Sejenak Johnny terkekeh pelan, merasa konyol dengan tingkahnya. Renjun kembali tenang, tangan batita itu mencengkram baju Johnny.

Johnny melepaskan cengkraman Renjun, membetulkan posisi kepalanya di sebelah tubuh Renjun. Tangannya ia bawa untuk menggenggam lengan Renjun yang terasa mungil di genggamanya, kemudian ia letakan telapak tangan Renjun di pipinya, mengelus tangan hangat si bayi sembari memerhatikan Renjun.

Untuk pertama kali Johnny mengakui kegemasan si bayi saat ini. Wajah, hidung, bahkan bibirnya masih merah sehabis menangis di tambah plaster penurun panas itu membuat Renjun tampak menggemaskan, tapi mata sembab itu sedikit mengganggu.

"Kalau sampai nanti kau tidak sembuh, akan ku pukul ibu peri itu dan meminta agar dia di pecat dari pekerjaannya karna tidak becus menjaga bayi gembrot ini."

Johnny mengusap matanya yang kembali basah, lagi-lagi tanpa ia sadari menitikan air mata. Johnny rasa ia sudah lama tak menumpahkan liquid bening tersebut. Seingatnya terakhir kali ia menangis hebat karna cedera waktu masih remaja saat nekat lompat dari mobil. Dan beberapa waktu lalu memotong banyak bawang membantu ibunya di dapur dan saat itu tak sengaja menggosok matanya pakai tangan sehabis memegang cabai. Rasa perih itu sukses membuatnya menangis. Tapi kini ia merasa emosionalnya muncul karna si bayi yang ia labeli menyusahkan.

Johnny terkekeh serak. "Kenapa aku menangis. Kau kuat Seo Johnny."

Johnny tak faham dengan dirinya sendiri kenapa malah terisak. Ia mendekat mengikis jarak dengan si bayi lalu menempelkan keningnya ke lengan Renjun.

"Cepat sembuh bayinya Daddy."

🦊🦊🦊

Kalo di baca serius sedihnya masih terasa coy

Terima kasih udah mampir dan baca cerita gak seberapa ini⚘

📌subak@2024

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang