Mama

583 76 16
                                    

Selamat membaca
.
.
.


Wendy memang meminta untuk merahasiakan pada Renjun. Tapi Johnny tak akan membiarkan itu di saat Renjun punya wishlist bertemu dengan Ibunya. Johnny merasa ia belum bisa menjadi orangtua yang baik bagi Renjun. Dengan mewujudkan harapan Renjun, Johnny merasa pantas mendapatkan gelar tersebut

Sepulang dari pertemuannya dengan Wendy, Johnny langsung memberitahukan semua pada Renjun. Serta memberikan penjelasan dan pengertian, namun, Johnny tak memberi tahu kalau sosok itu adalah Wendy. Reaksi Renjun sungguh jauh dari perkiraan, tak berekspresi berarti. Hanya terdiam mendengarkan dan mengatakan ia ingin bertemu Ibunya.

Esoknya, Johnny mengatur pertemuan mereka, ia juga sudah mengabari Wendy, awalnya ia tidak setuju tapi setelah Johnny beri pengertian, akhirnya Wendy mau bahkan ia sendiri yang akan mengatakan pada Renjun.

Café bekas pertemuan mereka kembali jadi tempat pilihan, Wendy menyukai café itu katanya brownies di sana enak. Oke lupakan!

Setelah memparkirkan mobilnya, ia dan Renjun langsung menuju café. Johnny memberhentikan langkah Renjun di depan café.

"Injun siap?" Tanya Johnny, Renjun yang ingin bertemu ia yang gelisah.

"Iya." Jawabnya singkat.

"Ingat perkataan Daddy, dengarkan ia bicara dan jangan emosi berakhir marah-marah di tempat umum."

Alis anak itu menekuk tajam, "Injun mana pernah marah." Protes Renjun.

Johnny diam-diam mencibir, anak itu memang tak sadar diri mendekati tak tahu diri. "Kau bahkan mengamuk saat Daddy melempar Moomin mu ke dalam closet."

"Itu karena ada sebabnya!" Renjun menjerit kesal.

Sungguh rasanya kesal sampai saat ini ketika Daddy nya dengan sengaja melempar salah satu Moomin ke lubang closet. Sukur saja ukuran Moomin cukup besar tak sampai ke dalam terkena air.

"Ssstttt.... kemari." Johnny merangkul Renjun membawa tubuh itu untuk menghadap jendela kaca café yang bisa menampakkan orang di dalam. "Lihat itu." Johnny menunjuk seseorang yang duduk di meja pojok turut menatap ke arah mereka.

Renjun menyipitkan matanya untuk mengenali orang yang di tunjuk Johnny.

"Itukan Wendy Aunty."

Johnny menghela nafas sejenak lalu memegang kedua pundak Renjun untuk menghadap dirinya.

"Dia Ibumu."

Ekspresi Renjun yang tadinya bingung berubah terkejut.

"Iya, Wendy Aunty adalah Ibu Renjun."

Renjun tak bersuara malah beringsut memeluk dirinya. "Injun tidak mau menemuinya."

"Kenapa? Bukankah Injun sendiri yang meminta untuk bertemu."

"Daddy tidak tahu, ya? Saat meminta pada Tuhan, walau hanya sekali tak apa yang penting Injun bisa bertemu Mama. Waktu itu Injun sudah bertemu, Injun tak mau lagi. Nanti Tuhan kesal karna Injun banyak maunya."

Itukah alasannya? Ugh! Betapa menggemaskan anak Johnny ini, saking gemasnya ingin Johnny benturkan kepala anak itu ke tiang lampu di tepi jalan.

Johnny melepas paksa pelukan Renjun yang semakin erat, "Temui dia, kalau bukan untuk pertama kali, mungkin untuk yang terakhir kali."

"Daddy~~~" Renjun merengek, memasang ekspresi melas agar Daddy nya luluh sayangnya untuk saat ini tidak berguna.

"Turuti Daddy, bantal Moomin yang kau lihat di online shop akan segera berada di pelukan mu."

It's Baby Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang