How I Can...

246 31 1
                                    

Kendrick yang diselimuti rasa kecewa menyiksa dirinya dengan minum alkohol yang banyak. Biasanya Alford yang membatasi dirinya namun karena Alford ada di San Fransisco maka ia tenggelam  dalam rasa sakitnya sendiri.

"Aku tidak menemukan Nona Trump...".

Tuan Hu muncul dengan rasa khawatir. Dari tadi matanya melihat apa yang Kendrick lakukan.

Brukk!!!

Kendrick ambruk ke lantai. Namun sebelum kepalanya menyentuh keramik tangan gesit Tuan Hu sudah menahannya. Nicholas yang berdiri tidak jauh dari sana langsung menghampiri.

"Tolong bantu aku membawanya ke mobil. Dia minum terlalu banyak".

Ucap Tuan Hu. Nicholas mengulurkan tangannya namun masih dilihat Kendrick secara samar. Ia mendorong tangan Nicholas.

"Dont touch me, assholle!".

Umpat Kendrick kesal. Tuan Hu menatap Nicholas dan menggeleng perlahan. Akhirnya Tuan Hu harus susah payah membawa Kendrick ke mobil untuk mengantarnya ke hotel.

Nicholas yang kesal mengambil ponsel dan menghubungi Clara tapi ponsel itu tidak aktif. Perasaan tak enak tiba-tiba merayap di hati kecilnya. Ia kembali menghubungi Clara dan hasilnya masih sama.

Dengan buru-buru ia keluar untuk mengejar Kendrick tapi terlambat karena Tuan Hu sudah membawa Kendrick pergi. Nicholas bertambah kesal. Ia ingin menghubungi Presiden Wang tapi ia malu mengingat apa yang pernah ia lakukan pada Clara.

Di atas pesawat malam, Clara sedang merenungi semua yang terjadi. Ingatannya kembali pada adegan panas bersama Kendrick di vila Presiden Wang.

"Apa aku bisa hamil? Bagaimana jika itu terjadi?".

Clara mengelus perutnya dengan ketakutan yang luar biasa. Tiba-tiba saja sebuah pikiran datang.

"Dimana aku akan tinggal?".

Ia menepuk jidatnya berulang kali. Ia baru ingat bahwa dirinya tidak memiliki apapun. Selama hampir 5 tahun, ia selalu hidup  bersama Nicholas.

Tidak ada rumah.
Tidak ada mobil.
Tidak ada kantor.

Huhhh!!

Clara menarik napas berat. Kemudian ia mengeluarkan ponsel dan mulai mencari apartemen. Ini adalah keputusan paling cepat yang ia lakukan. Ia harus menemukan tempat tinggal terlebih dahulu.

Hampir 2 jam ia memainkan ponselnya namun belum ada yang pas. Pertama, ia mencari di seputaran New York namun hati kecilnya menolak.

Boston?
Tidak.

San Fransisco?
Lebih tidak mungkin.

Kemudian ia memejamkan matanya sebentar. Lalu ia tersenyum. Ia telah menemukan jawaban.

Dengan hati riang ia kembali mengambil ponsel dan melanjutkan pencarian tempat tinggal. Ia tersenyum begitu melihat sebuah mansion yang menarik hatinya.

Begitu pesawat mendarat di New York, Clara langsung menghubungi agen yang menawarkan mansion itu. Dan mereka sepakat untuk bertemu besok. Clara memutuskan untuk menginap semalam di hotel.

"Tiket konser!".

Seorang bocah remaja menyentuh lengan Clara.

"Tolong beli tiket ini. Pertunjukannya sore maam ".

Clara menyodorkan tangan dan menerima tiket itu. Ia mengerutkan keningnya.

"Ini hanyalah konser musik sederhana. Kami sedang menggalang dana untuk teman kami".

FATED (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang