Can You Stay?

220 25 4
                                    

"Aku ingin kau menemaniku jalan-jalan. Anggaplah ini permintaan terakhir. Setelah itu aku tidak akan meminta apapun lagi. Atau mungkin aku akan menghilang dari kehidupanmu".

"Jalan-jalan?".

Clara mengulang apa yang Kendrick katakan. Ia masih belum mengerti.

"Aku ingin pergi ke Eropa. Lagi pula, selama kau menjadi istriku aku tidak pernah mengajakmu ke luar negeri. Aku hanya ingin melakukan apa yang seharusnya aku lakukan dulu".

Mata Kendrick terlihat begitu tulus. Ia menatap Clara lama.

"Baiklah...".

Jawaban itu meluncur begitu saja dari mulut Clara. Ia melihat binar mata Kendrick. Ia pun tersenyum.

"Bolehkah aku memelukmu?".

Pinta Kendrick. Clara masih malu-malu namun ia mengangguk. Kendrick memeluknya erat. Ia membenamkan wajahnya di rambut Clara. Air matanya lolos. Ia semakin mempererat pelukannya.

Clara tahu Kendrick menangis. Ia bisa merasakan jantung Kendrick yang berdegup kencang dan napasnya yang tertahan. Perlahan tangannya membelai rambut Kendrick lembut. Rasanya ia pun ingin menangis. Ia hanya bisa menggigit bibirnya untuk menahan itu semua.

"Jangan menangis".

Bisik Clara. Ia melepaskan pelukannya kemudian mengelus pipi Kendrick.

"Apa seorang Kendrick Foster seperti ini di belakang layar?".

Diluar dugaan Kendrick langsung melumat bibir Clara. Menumpahkan segala rasa yang ia tahan selama ini. Kendrick baru berhenti saat kehabisan napas.

"Bisakah kau tinggal malam ini?".

Clara membuang wajahnya karena malu. Ia menutup wajahnya. Kendrick meraihnya dan memeluknya.

"Kau sudah berjanji padaku jadi kau tak boleh menolak".

"Terserah padamu Ken".

Clara mengangkat kepalanya lalu menjauhkan diri dari Kendrick. Ia melepas heels dari kakinya. Perlahan Kendrick turun dan memijit kakinya lembut. Refleks Clara menarik kakinya, namun Kendrick menahannya.

"Aku banyak membaca akhir-akhir ini. Wanita hamil selalu merasa tidak nyaman di kakinya...".

Clara tertawa konyol.
"Ini baru 6 minggu. Bukan 9 bulan. Aku baik-baik saja. Aku harus mengganti pakaianku".

Clara berdiri namun Kendrick menahannya.

"Apa kau masih berpikir untuk menyingkirkan bayi ini?".

"Aku tidak tahu. Jangan bahas itu sekarang Ken".

Kendrick menelan ludah. Ia tidak ingin kehilangan momen ini. Ia mengangguk.

"Pakai saja bajuku. Itu akan longgar di tubuhmu".

Karena tidak ingin merusak suasana, Clara setuju. Ia kemudian membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan kaos milik Kendrick. Ia tertawa geli di depan cermin kamar mandi. Padahal, ia bisa saja kembali ke kamar suite miliknya di seberang tembok. Ia merasa bodoh dan konyol.

Saat keluar ia tidak menemukan Kendrick. Tapi gorden balkon terbuka. Ia melangkah ke sana dan benar Kendrick ada di sana dengan sebatang rokok di tangannya.

"Bisakah kau membuangnya?".

"Kenapa?".

"Aku tidak suka aroma asapnya. Itu membuatku mual".

Clara berbohong. Ia tahu, jika ia melarang Kendrick dengan alasan kesehatan, pria itu tidak akan mau. Kemudian Kendrick membuang puntung rokok ke asbak. Clara datang dan berdiri di sampingnya. Keduanya menatap salju yang mulai turun.

"Kapan kau pergi ke Eropa? Maksudku berapa lama?".

"Apa kau sudah tidak sabar?".
Balas Kendrick.

"Bukan itu. Tapi, kau tahu usahaku baru saja merangkak, aku harus memberi perhatian ekstra. Aku tidak ingin mengecewakan para investor".

"Aku ingin memberitahumu banyak hal tapi tidak sekarang. Kau tahu, keluargaku sudah lebih dahulu terjun dalam dunia bisnis selama puluhan tahun. Jalan itu tidak mudah. Ada teman, tidak terlihat seperti musuh. Ada musuh, terlihat seperti teman. Percayalah, rasa sakitnya lebih banyak dari rasa tawanya. Jika aku jadi kau, aku tidak akan melakukannya Ra".

"Apa kau meremehkan aku?".

Balas Clara ketus. Ia kesal dengan perkataan Kendrick. Kendrick tertawa dan mengacak rambutnya.

"Seorang pemimpin tidak boleh gampang emosi. Kau harus menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka. Meski itu kedengaran menjengkelkan untuk telingamu. Ayo tidur, aku lelah".

Kendrick berjalan masuk lebih dahulu. Clara masih membuang napas karena kesal. Saat ia masuk Kendrick sudah tidur di sofa.

"Tidurlah. Besok pagi kau harus kembali ke Austin bukan?".

"Sebaiknya aku kembali ke kamarku saja. Kau boleh tidur di ranjang".

Kendrick sudah memejamkan mata.
"Kau sudah setuju jadi aku tidak ingin berdebat. Aku mengantuk Clara...".

Keheningan melanda mereka. Clara tahu jika ia memaksa pun keputusan Kendrick akan sama jadi ia mengalah dan naik ke ranjang dengan canggung. Ia tidak langsung tidur tapi malahan ia bersandar di kepala ranjang dan menatap Kendrick yang sudah menutup mata. Ia tidak tahu apakah pria itu sudah terlelap atau belum.

Sebuah senyuman kecil terukir di bibirnya, ia tidak ingat kapan terakhir mereka ada dalam satu kamar seperti ini. Bahkan ketika menikah dulu mereka jarang berada dalam satu kamar atau hampir tidak pernah. Clara menggigit bibirnya saat mengingat masa itu.

Lebih banyak air mata yang ia dapat daripada tawa. Ia tidak tahu kapan ia jatuh cinta pada Kendrick Foster...

"Betapa hebatnya takdir mempermainkan aku, kita...".

Gumamnya. Ia mengelus perut ratanya dengan perasaan berbeda. Pertanyaan Kendrick beberapa saat lalu terngiang.

"Aku akan menemanimu dan setelah itu aku akan membuat keputusan...".

"Kenapa kau belum tidur? Apa yang kau pikirkan?".

Suara bariton Kendrick membuatnya terkejut setengah mati.

"Aku tidak bisa tidur Kendrick".

"Kenapa?".

Kendrick masih menutup matanya sambil bicara dengan Clara. Ia memindahkan lengannya di bawah kepalanya.

"Entahlah...".

Kendrick membuka matanya dan turun dari sofa. Ia naik ke ranjang dan menarik tubuh Clara untuk berbaring.

"Apa yang kau lakukan?".

Clara begitu panik. Pikirannya dipenuhi dengan prasangka buruk. Kendrick menarik selimut dan memeluknya erat.

"Tutup matamu!".

Clara masih bergerak untuk melepaskan dirinya. Sekilas kejadian one night di vila Sichuan terlintas.

"Jika kau terus bergerak aku akan menciummu lagi!".

Bagai dikontrol oleh remote, seketika tubuh Clara kaku. Bahkan ia hampir tidak ingin bernapas. Kendrick tersenyum simpul lalu membenamkan kepalanya di belakang leher Clara.Tangannya semakin erat memeluk tubuh Clara.

Jantung keduanya berdegup kencang. Ada rasa aneh yang muncul namun keduanya berusaha menekan perasaan itu. Clara yang membelakangi Kendrick menggigit kedua bibirnya kuat-kuat. Bagaimana pun mereka berdua adalah manusia dewasa. Ia hanya bisa mengutuk dirinya berulang kali hingga ia mengantuk dan tertidur. Napas Kendrick sudah teratur yang menandakan pria itu sudah pulas. Perlahan Clara berbalik dan menatapnya lekat. Gurat lelah tergambar jelas di bawah matanya.

"Apa yang kau pikirkan saat memintaku tinggal?".





➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️

* Menuju Ending....

*Jangan lupa vote dan komen_nya readers 💗

*Sad or Happy??????????

FATED (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang