5 | Sachi : Strawberry Sauce

26.3K 2.2K 252
                                    

"Wih, aku tobrut!" Celetuk Sachi dalam hati sambil memandangi dada sekalnya dan menangkupnya sesekali setelah memastikan Izek tidak melihat tentu saja. Setidaknya hal itu merupakan satu-satunya kelebihan yang bisa Sachi banggakan.

Terhitung sudah satu jam berlalu sejak Sachi tantrum tadi. Gadis itu memutuskan untuk tidak meloncat keluar kereta kuda saat mendengar Izek memerintahkan kusir menambah laju kecepatan dan mengalihkan pikiran dengan memuji tubuh barunya ini.

Satu yang Sachi sesali, mungkin seharusnya ia tidak terlibat perkelahian dengan Jeremy atau terlibat sebenarnya sudah keputusan terbaik?

Tidak! Itu buruk! Sangat amat buruk karena Izek tetap membeli dan membawanya meski dalam keadaan wajah babak belur. Dalam novel Sachi akan dikirim ke Lennox dua hari kemudian setelah dibeli, tetapi sekarang Sachi babak belur dan punya luka banyak di wajah yang memakan waktu cukup lama untuk sembuh total tanpa bekas. Oh! Dan jangan lupakan benjol besar di tengah dahinya akibat mencium dinding kereta kuda.

Namun sama halnya dengan Izek yang mencintai Parvis. Sachi juga memiliki cintanya sendiri yang terpaksa harus ia ikhlaskan karena saat ini dunia mereka sangatlah berbeda. Dengan kata lain, Sachi terpaksa meninggalkan kekasih tercintanya dan menjalani hidup di tempat jahanam ini bersama Izek sebagai majikan.

"Puan, eh, Tuan!" Panggil Sachi pada Izek, buru-buru meralat saat salah huruf dibagian depan.

Pria itu berdehem tanpa menoleh, lagi-lagi sibuk melihat pemandangan diluar jendela yang umumnya terdiri dari pohon, pohon, dan pohon lagi.

"Ciuman yuk, eh. Maksudku, pernahkah kau mencium seseorang yang kau cintai? Aku pernah dan ketagihan. Karena itu, aku... aku jadi sangat bersedih karena belum sempat ciuman lagi. Kau pasti belum pernah coba, kan? Kasihan." Celoteh gadis itu sengaja membuat dirinya terdengar amat menyebalkan untuk kesekian kali agar dilempar keluar.

"Dan tidak ada gunanya mengirimku pada pria itu, Parvis tidak akan pernah mencintaimu." Tambah Sachi.

Seketika Izek menoleh padanya dengan tatapan tajam yang dalam sekejap langsung menyiutkan nyali Sachi dan membuatnya meralat kalimat barusan.

"Maksudku, Parvis belum mencintaimu karena... karena..." Sachi kehabisan kata saat Izek masih menatap tajam ke arahnya. "Karena belum kenalan! Kalian harus berkenalan lalu ciuman dan membuat anak!"

Pusing mendengar celotehan Sachi, Izek memalingkan pandangannya lagi ke arah luar. Barulah Sachi merasa lega dan memilih bersandar pada bagian sudut dinding kereta seraya berharap perjalanan ini segera berakhir karena bokongnya mulai ngilu akibat duduk di lantai kayu kereta.

Sachi bisa saja pindah ke tempat duduk ke pangkuan Izek, eh. Maksudnya pindah duduk ke hadapan Izek, tetapi nanti mata yang haus pasti akan selalu memandang ke arah pria itu. Daripada menimbulkan salah paham meski itu yang Sachi inginkan agar dilempar keluar namu tetap saja lebih baik duduk di lantai kereta seperti ini. Siapa tahu nanti ada kesempatan baginya untuk menggelindingkan tubuh keluar.

Walau pada akhirnya rencana itu hanya sukses dalam imajinasinya sebab tanpa melihat ke arahnya, Sachi sangat yakin kalau Izek memperhatikan gerak-geriknya seolah pria itu memiliki mata di seluruh tubuh. Memang sih, dikatakan dalam novel kalau Izek memiliki tingkat kepekaan tinggi sebagai seorang Kesatria yang menduduki jabatan Duke di wilayah Porchia dibawah lingkup pemerintahan Kerajaan Porsie dengan Zennox Paxley, ayah dari Lennox--lelaki yang dijodohkan dengan Parvis. Lelaki yang paling Izek benci setelah ayah sendiri.

"Tuan~" Sachi memanggil Izek dengan nada berayun.

Tanpa menoleh Izek menanggapi dengan deheman pelan lalu terdengar gadis itu terbatuk-batuk seolah menyindir dehemannya. Ah, gadis ini benar-benar mencoba kesabaran Izek yang seluas samudera.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang