14 | Izek : The Day

14.2K 1.6K 244
                                    


Hari yang dinanti tiba. Hari dimana rencana Sachi akan berlangsung. Izek pergi ke kediaman Parvis untuk menjemput gadis itu berbekal surat palsu yang Sachi tulis.

Tentu saja kedatangannya sangat mengejutkan bagi kedua orang tua Parvis. Seorang Izek yang dikenal dengan image buruk mendadak datang dan mengatakan harus membawa Parvis sesuai dengan permintaan Ratu.

Darelin, ayah Parvis, mengambil gulungan kertas yang Izek sodorkan lalu membacanya perlahan. Mengenali tulisan yang tertera dalam kertas sebagai tulisan Sang Ratu. 

Sang istri yang berada tepat di sebelahnya nampak khawatir dan berulang kali memberi kode melalui remasan lembut di lengan Darelin.

"Ini tulisan Ratu, panggilah Parvis." Bisik Darelin pada istrinya.

Mau tidak mau Violetta melaksanakan perintah sang suami terlebih dikatakan bahwa Ratu sendiri yang meminta agar Parvis ikut bersama Izek ke kota untuk menemuinya.

"Ayah?" Parvis yang tiba-tiba diajak turun oleh Violetta nampak bingung terlebih saat menemukan Izek tengah duduk di sofa ruang tamu dan menatap ke arahnya begitu ia datang ke antara mereka.

"Parvis, kau harus pergi bersama Tuan Duke ke kota. Ratu mengirimkan surat dan memintamu datang menemuinya secara tidak resmi, itu sebabnya Ratu menitipkanmu pada Tuan Duke." Ucap Darelin menjelaskan situasinya pada Parvis.

Parvis belum sempat mencerna sepenuhnya saat Darelin memintanya segera menyusul Izek yang baru saja bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

"Ayah--"

"Tenang. Kau akan baik-baik saja. Bersikaplah hormat padanya, kau mengerti?" Pesan Darelin pada putrinya, tak memberi kesempatan bagi Parvis untuk mengeluhkan rasa takut terhadap Izek terutama pada aura gelap yang selalu menyelimuti pria itu.

Mau tidak mau Parvis harus pergi. Dilihatnya Izek sudah memasuki kereta kuda. Parvis menoleh pada ayah dan ibunya sekali lagi sebelum memantapkan langkahnya menyusul Izek keluar dari rumah lalu masuk ke dalam kereta kuda.

Sejenak netra cokelat abunya bersitatap dengan netra merah milih Izek. Membuat Parvis langsung terintimidasi dan menundukkan kepala seraya meremas jemarinya diatas pangkuan, berharap dalam waktu sekejap kereta kuda yang ditumpanginya dapat berpindah langsung ke kota.

Sementara Izek sama sekali enggan memulai perbincangan. Izek tidak bisa berbicara begitu saja dengan lawan jenis terutama Parvis meski Sachi sudah mengajarinya untuk setidaknya mengatakan selamat pagi, selamat siang, atau langsung tanya kabar.

Izek jadi teringat perbincangannya dengan gadis itu sebelum berangkat menuju kediaman Parvis untuk menjemputnya sesuai dengan surat palsu buatan Sachi.




"Ini akan berhasil. Tuan, anda tidak perlu khawatir. Aku dapat menjamin hanya karena satu kejadian, Nona Parvis Loine akan mencintaimu mati-matian." Pungkas Sachi dengan penuh percaya diri dan rasa bangga terlihat dari caranya menepuk-nepuk dada dengan tangan terkepal.

"Kalau tidak?"

"Tidak ada tidak." Sachi menjawab masih dengan kepercayaan diri tinggi tersorot di matanya. "Aku sudah memperhitungkan segalanya. Anda akan berhasil kali ini."

"Kali ini?" Alis Izek terangkat satu, ciri khas orang bingung.

"Maksudku saat ini." Ralat Sachi menyengir sembari garuk-garuk kepala. "Jadi, jagalah Parvis dengan baik karena tidak akan ada yang merebutnya darimu. Kau juga tidak merebutnya dari siapapun."

Gadis itu benar-benar terdengar amat mencurigakan. "Apa yang akan... kau lakukan?" Tanya Izek penasaran.

"Memastikan rencana anda berjalan sempurna, itu saja. Memangnya apa lagi yang bisa kulakukan? Anda adalah majikan yang baik. Meski cara bicaraku kadang formal dan tidak formal, bukan berarti aku tidak menghormatimu. Sama seperti itu... aku tidak akan mengkhianati orang yang sudah membantuku keluar dari rumah jahanam itu." Ujar Sachi panjang lebar seperti biasa karena tak ingin isi pikirannya terbaca dari mimik wajah.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang