20 | Sachi : Experience

16.1K 1.6K 196
                                    

"Sudah selesai, tinggal menunggu kering saja setelah dibilas." Ujar Vishaka pada Sachi setelah berkutat selama tiga jam lamanya dengan rambut panjang gadis itu.

"Terimakasih banyak, Vishaka." Sachi mendongak agar matanya bersitatap dengan gadis itu. "Mengapa kau tidak membuka jasa seperti ini? Orang akan membayar dengan harga tinggi, lho?"

Vishaka hanya menggeleng lemah. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan itu meski menginginkannya? Dari latar belakang saja sudah jelas bahwa ia bukan seseorang yang berasal dari keluarga baik-baik. Mana mungkin seseorang seperti itu dapat memiliki kehidupan yang lancar dan mulus?

"Aku tidak bisa jauh dari keluargaku, disinilah tempatku. Minyak tidak akan pernah bisa menjadi susu." Sahut Vishaka lembut.

Mendengar penolakan dari Vishaka, Sachi mengangguk saja. Lagipula ia hanya memberi saran dan kalau dipikir lagi sepertinya benar. Akan lebih baik bagi Vishaka tetap berada disini karena jika ada orang yang tahu mengenai latar belakangnya, Vishaka pasti akan diburu dan dihabisi.

"Aku akan membayarmu nanti saat aku punya uang." Kekeh Sachi.

Vishaka tertawa kecil. "Itu tidak masalah, sungguh. Tidak perlu membayar apapun, aku suka melakukan ini jadi anggaplah itu impas."

"Kau... terlalu murah hati." Komentar Sachi seraya mengulum senyum agar ucapan tak terdengar seperti mencemooh.

"Vishaka!"

Vishaka menoleh cepat ke arah Sirius yang memanggil. "Ya, ayah?"

"Ajak dia makan di dalam."

"Iya, ayah." Angguk Vishaka patuh.

"Sachi, omong-omong aku turut berduka atas apa yang menimpa anak ketigamu." Ujar Vishaka berbelasungkawa.

Sachi menyengir seraya menggaruk kepala yang tak gatal, ia lalu mengangguk dan berterimakasih sebab tak bisa menjelaskan situasi aslinya pada Vishaka. Toh, Sachi sungguhan menganggap tiga anak kucingnya sebagai anak sendiri.

"Kadang aku sedih saat anak-anakku lebih suka makan dirumah tetangga daripada makan dirumah sendiri, memakan makanan dariku." Sedih Sachi berbagi cerita. "Anak-anakku sudah muak memakan royal canin, mereka mendapat orijen dari tetangga sebelah. Sejak makan dirumah tetangga mereka selalu menolak makanan dariku bahkan memuntahkannya."

"Pasti berat bagimu," Vishaka percaya semua yang Sachi katakan tanpa merasa curiga bahkan turut sedih mendengar anak-anaknya Sachi lebih suka makan di rumah tetangga. "Itu sebabnya aku sangat menghargai para ibu, perjuangan mereka benar-benar tak dapat dibayar oleh apapun."

"Kau bisa membayarku." Sambar Sachi. "Aku menerima segala jenis pembayaran."

"Eh?"

"Bercanda." Ralat Sachi cepat padahal aslinya sungguhan ingin dibayar cuma-cuma.

"Aku akan membilas rambutmu." Melupakan topik sebelumnya, Vishaka beralih membilas rambut Sachi lalu mengeringkannya.

"Warnanya menjadi ungu." Ujar Vishaka. "Aku kekurangan stok herbal untuk warna biru dan menjadi ungu terang dirambutmu."

"Ini sangat indah." Puji Sachi puas atas hasil pewarnaan rambutnya, dipandanginya terus bagian ujung rambut yang dapat dipegangnya.

"Apa setelah warnanya mau pudar aku boleh mendatangimu lagi untuk mewarnainya?"

"Tentu saja jika aku masih berada disini, kau bisa minta aku mewarnai rambutmu lagi." Jawab Vishaka senang hati.

"Aku... tentu saja! Aku akan mendatangimu lagi." Lalu Sachi melanjutkan dalam hatinya, "apapun yang gratis tidak boleh sia-siakan!"

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang