13 | Sachi : My Plan

15K 1.4K 87
                                    

"Tuhan, selamatkan aku... tolong selamatkan aku wahai Tuhan... aku memohon ampun atas segala dosa-dosaku dahulu dan sekarang... kumohon..." Sachi bergumam, berdoa untuk dirinya sendiri di bawah tempat tidur bak seorang penyihir tengah merapal mantra.

"Tuhan, selamatkan aku..."

"Tolong lindungi aku dan selamatkan aku dari berbagai macam entitas jahat yang ada di muka bumi terutama di tempatku berada saat ini, amen."

BRAK!

"Aa--" Kaget Sachi reflek membekap mulutnya sendiri saat pintu kamar tempatnya berada dibuka kasar.

"Mampus!" Batinnya. "Aku... aku lebih baik keluar sebelum Izek tambah marah!" Putusnya lalu dengan cepat-cepat, Sachi menggulingkan tubuh keluar dari bawah tempat tidur dan langsung telungkup di depan sepasang kaki terbalut sepatu hitam mengkilap di hadapannya.

"Puji Dewa--eh, maksud saya adalah... sa-salam Tuan Duke! Saya... saya sedang membersihkan debu di bawah tempat tidur ketika anda datang baru saja, baru... saja..." Ucapnya gugup.

"Hm. Bangunlah, ada hal yang ingin kutanyakan padamu." Suara Izek menyahuti perkataan Sachi.

Pelan-pelan Sachi bangkit berdiri dengan kepala tertunduk, tak berani melihat ke arah Izek. Masing-masing tangannya saling berpegang satu sama lain, mencoba untuk menyingkirkan rasa takut.

"Apa yang kau--"

"Tolong maafkan aku!" Seru Sachi histeris tiba-tiba. "Aku... aku berniat membuat suasana hatimu menjadi lebih baik, Tuan. Aku bukannya sengaja datang untuk mengintip. Aku datang bersama sepotong kue susu, karena terkejut kuenya jatuh bersama piring dan aku berlari kabur. Ah, aku juga tidak bermaksud memotong perkataanmu. Aku minta maaf, Tuan Duke."

Bagi beberapa mendengar seseorang meminta maaf berulang kali terasa sangat menyebalkan, namun hal sebaliknya dirasakan oleh Izek. Saat seseorang meminta maaf padanya, Izek merasa dirinya semakin tinggi dan berkuasa bahkan menguasai hidup dari orang yang mengemis permintaan maaf padanya.

"Kenapa kau terus meminta maaf?" Pertanyaan itu Izek lontarkan dari mulutnya, merasa penasaran karena Khalid saja tidak seloyal ini dalam meminta maaf.

"Anda adalah Tuan saya. Hidup dan mati saya bergantung pada kebaikan anda. Saya bisa berada disini dan makan enak juga karena anda. Maka dari itu saya lebih baik jujur dan dimarahi daripada berbohong dan mengkhianati anda." Jawab Sachi tanpa sadar telah memberi makan ego Izek.

Menunggu cukup lama, Sachi tak mendengar sahutan dari Izek. Mungkin jawabannya benar atau entahlah. Sachi ngeri memikirkan nasibnya. Tetapi, kalau diingat seharusnya jawaban yang Sachi berikan sama sekali tidak menyinggung Izek. Seharusnya... seharusnya.

"Kudengar dari Khalid kau sedang merencanakan sesuatu untuk membuat Parvis terkesan padaku."

Topik beralih secara tiba-tiba sampai kepala Sachi terangkat dan matanya langsung menatap pada mata merah Izek tanpa berkedip.

"Itu benar?" Tanya pria itu.

"Yaa!" Jawaban Sachi terdengar bersemangat, senyumnya merekah tanpa sadar ketika menjelaskan rencana yang muncul dalam kepalanya selagi menunggu kue susu matang.

"Anda akan pergi ke kota minggu depan, kan? Ajaklah Parvis. Kedua orang tuanya tidak mungkin menolak anda secara anda adalah Seorang Duke di wilayah ini sementara orang tua Parvis hanya bangsawan dengan gelar di bawah anda. Untuk alasan... kita bisa pikirkan alasannya nanti. Lalu di tengah perjalanan bandit-bandit akan menyerang, tentu saja para bandit adalah orang-orang dari pihak kita yang menyamar. Mereka tidak akan melukai siapapun, mereka hanya akan menakuti Parvis lalu anda bisa berlagak seperti pahlawan dengan melindunginya. Bagaimana? Anda setuju? Anda harus setuju karena ide itu sangat-sangat klasik namun brilian!" Jelas Sachi menggebu-gebu, terlihat bahwa dia sudah memikirkan rencana ini dengan sangat matang walau terdengar sepele.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang