11 | Izek : Hut near the lake

15.6K 1.6K 336
                                    

"Berikanlah padanya malam ini di gubuk dekat danau dan bicara. Buat dia terkesan padamu, Tuan Duke! Bersemangatlah!"

Rasanya aneh saat ada seseorang yang mendukung keputusannya. Dulu setiap kali mengambil keputusan, Izek selalu dimarahi dan dipukuli sementara di sisi lain Izek selalu diminta untuk mandiri.

Bertahun-tahun lamanya Izek mencoba untuk mendoktrin pikirannya bahwa pukulan dari ayah adalah pukulan kasih sayang. Tetapi, Izek mulai gagal menyakinkan dirinya disaat umurnya berada di puncak keremajaan. Pukulan menyakitkan dari ayahnya tak bisa lagi Izek ubah dan anggap sebagai pukulan kasih sayang.

Jadi, suatu hari Izek membunuhnya.

"Ayah, aku memutuskan untuk belajar disini. Aku ingin dipanggilkan guru mulai besok atau lusa. Boleh, kah?"

"Kau... tidak akan pergi ke akademi, Nak?" Ayahnya itu menghentikan aktivitas sejenak guna menatap ke arahnya dengan mata disipitkan.

"Ya, ayah. Biayanya jauh lebih murah saat kita memanggil guru ke rumah dibanding pergi ke akademi. Pelajaran yang di dapat akan sama dan untuk berpedang--"

Plak!

Ucapan Izek terhenti saat ayahnya itu bangkit dan berjalan cepat menghampirinya. Lalu tiba-tiba ayahnya itu menampar dengan keras sampai Izek merasa nyaris terlempar.

"Kau tidak akan mendapatkan keduanya, Nak." Ayah bilang begitu, Izek tak tahu kenapa namun itu sangat menyakitinya.

"Kau tidak pantas untuk apapun. Kau pikir kau akan menjadi penerusku? Atau kau mulai mempersiapkan diri untuk menerima posisi itu?" Desis Ayah tak suka. "Jangan bermimpi, Nak. Jangan pernah."

"Kau lebih baik menjadi anak yang tak tahu apa-apa karena kau tak pantas untuk apapun, kau sadar?"

Kalimat terakhir itu benar-benar melukai Izek. Harga dirinya sangat terinjak. Izek sama sekali tidak berpikir untuk menjadi penerus, tetapi ayahnya itu baru saja membuat Izek berpikir untuk menjadi begitu.

Ayahnya itu membuat Izek jadi sangat ingin menjadi penerus. Ayahnya... yang lakukan.

Kemudian Izek mendatangi pria itu di tengah malam, saat dirinya dalam kondisi lengah dan tergulung oleh mimpi. Izek datang sambil memegang pisau lalu menancapkannya berkali-kali di dada pria itu tanpa membiarkan dirinya bangun dahulu walau sekejap.

Mungkin ada lebih dari tiga puluh tusukan sebab Izek masih ingat bagaimana dada ayahnya menjadi benar-benar bolong akibat tusukannya. Bahkan Izek juga mengeluarkan jantungnya dari dalam dan menyimpannya di dalam lipatan kain sebelum membereskan jasad ayahnya dengan cara di bakar di halaman belakang.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Izek membayar pekerja rumahnya untuk menyebarkan kabar kematian ayahnya serta meminta namanya disebut sebagai pelaku perenggut nyawa sang ayah.

Pihak istana tidak akan melakukan apa-apa. Izek tahu hukumnya, ia tidak akan pernah dihakimi apabila kejahatan yang dilakukannya tak merugikan banyak pihak terutama pihak istana sendiri. Toh, Izek tak merasa punya keuntungan selama ayahnya masih hidup. Jadi, Izek membunuhnya dan menggantikannya.




"Halo? Hai?" Sachi melambaikan tangan tepat di depan wajah Izek yang melamun. "Kau mendengarkanku, Tuan Duke?"

Izek berkedip lalu mundur selangkah dari Sachi dan menjawab. "Aku mendengarmu."

Gadis itu mengangguk. "Kalau begitu manfaatkanlah dengan baik, buat dia terkesan pada pertemuan pertama kalian malam ini. Aku permisi." Dia berbalik dan pergi ke dalam setelah pamit.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang