Menantu tersayangku, tinggalin jejak 🌟 dulu biar aku semakin sering muncul membawakan suami kalian~
**
Hujan mengiringi kepulangan Izek kembali ke kediamannya di malam hari. Jubah yang dikenakannya basah, dari atas kepala sampai ujung kaki semuanya basah. Kuda hitam yang Izek tunggangi juga tak luput dari air hujan.Mendapati sang majikan kembali dalam kondisi basah kuyup, Khalid buru-buru membukakan pintu dan menarikkan karpet untuk tempat Izek berpijak lalu membantu pria itu membuka jubah basahnya dengan sigap.
"Tuan, mau saya anda mau teh hangat?"
"Tidak." Singkat Izek menjawab, lanjut melepas sepatunya yang basah lalu menginjak karpet bulu yang disiapkan Khalid.
"Air hangat untuk membilas?"
Izek menoleh ke arah Khalid dan memandang luka-luka di pipi, dan dan dahi pemuda itu. "Sejak kapan kau menjadi sangat perhatian, Khalid?"
Khalid terkekeh. "Saya selalu begini, anda adalah penyelamat saya. Saya sama sekali tidak merasa sakit hati, itu kesalahan saya karena tak memberitahukan surat Nona Sachi pada anda. Saya pantas menerima pukulan."
Anggukan samar terlihat dilakukan oleh Izek. Pria itu lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, siapa tahu gadis yang dilamarnya menunggu di sekitar sini. Namun, Izek tak menemukan siapapun.
Khalid peka dan memberitahu. "Nona Parvis pulang dalam keadaan syok, dia membawa Eloni. Saya rasa anda harus membujuknya."
"Bawakan aku wadah kaca, semacam toples." Alih-alih merespon informasi dari Khalid mengenai Parvis, Izek meminta pemuda itu melakukan hal yang lain.
Moodnya sedang tidak ingin membicarakan Parvis. Tidak untuk malam ini. Izek sedikit merasa terlalu dicecar oleh gadis itu, kesannya jadi seperti... Parvis memanfaatkannya bukan mencintainya.
"Carikan sekarang." Titahnya mempertegas.
"Baik Tuan, mohon sebentar. Saya ambilkan dulu." Khalid bergegas melaksanakan perintah Izek tanpa mencari tahu untuk apa pria itu butuh toples kaca.
Menatap kepergian Khalid, Izek menghela nafas dan menyandarkan punggungnya pada dinding yang ada di belakang lalu mengalihkan pandangan keluar ruangan. Melihat bagaimana rintik hujan deras turun dari langit menghantam tanah dengan keras.
Tak lama berselang Khalid kembali dengan toples kaca yang diinginkan Izek. "Tuan, apa ini persis seperti yang anda maksud? Ada beberapa jen--" belum selesai Khalid bicara, Izek meraih toples kaca darinya dan secara otomatis membuat mulut Khalid bungkam.
"Tutup pintunya dan tidurlah." Perintah Izek pada Khalid, dijawab anggukkan patuh oleh pemuda itu.
"Selamat beristirahat, Tuan."
"Tunggu dulu." Sesuatu terlintas dalam benak Izek, itu cukup menganggu jadi ia langsung bertanya pada Khalid. "Pernahkah kau tidur?"
"Pernah, Tuan."
"Dengan seseorang?"
Khalid menggeleng cepat, meneguk ludahnya gugup. "B-be-belum per-nah, Tuan." Sampai jawaban yang keluar dari mulutnya terbata.
Buru-buru Khalid memeluk tubuhnya sendiri seolah melindungi diri dari Izek setelah pria itu menanyakan pertanyaan ambigu.
"Apa maksudmu?" Menanyakan arti dari gestur memeluk diri sendiri yang Khalid lakukan, Izek mendecakkan lidah pelan. "Ini tak seperti yang kau pikirkan."
"S-saya pikir..." Tanpa perlu melanjutkan kalimatnya, Izek pasti tahu Khalid mau bilang apa.
"Aku akan menamparmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...